Lanjut ke konten

Soal 14: Bolehkah Mengunakan Selain Bahasa Arab dalam Shalat?

Jum’at, 29 Syawwal 1439 H

📬 PERTANYAAN

berdoa tnpa bhas arab dlm shalt apa boleh yah utaa_ | apakah d perbolehkan berdoa berbahasa masing2 ustd..

📂 JAWABAN

Berdo’a diutamakan menggunakan redaksi dari Al-Qur’ān dan As-Sunnah, dan masya Allāh, redaksi do’a dari-Nya insyā Allāh telah mencukupi atas kebutuhan manusia. Terkadang dalam berdo’a kita tidak perlu terlalu detail. Namun begitu, dibolehkan bagi seorang mukmin berdo’a dengan menggunakan bahasa kaumnya untuk memohonkan hajatnya dengan lebih khusyu’ dan penuh penghayatan, jika ia belum memiliki kemampuan berbahasa Arab, namun bagaimanapun, berdo’a dengan menggunakan bahasa ‘Arab jauh lebih utama.

Berkata Ibn Taimiyah dalam Majmū’ al-Fatāwā:

وينبغي للخلق أنْ يدْعوا بالأدعية الشرعيَّة التي جاء بها الكتاب والسنة ؛ فإنَّ ذلك لا ريب في فضله وحُسنه وأنَّه الصراط المستقيم ، وقد ذكر علماءُ الإسلام وأئمَّة الدين الأدعيةَ الشرعيَّة ، وأعرضوا عن الأدعية البدعية فينبغي اتباع ذلك.

Sudah sepatutnya setiap hamba berdo’a dengan do’a yang syar’i yang disebutkan dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. Karena do’a yang berasal dari keduanya tidak diragukan lagi keutamaannya dan kebaikannya. Do’a yang ada padanya adalah do’a berada di jalan yang lurus. Dan para ulama dan imam kaum muslimin telah menyebutkan berbagai do’a yang disyariatkan, mereka tidak menyukai do’a-do’a yang diada-adakan. Maka hendaklah kita mengikuti cara mereka tersebut. [1/346]

والدعاء يجوز بالعربية ، وبغير العربية ، والله سبحانه يعلم قصد الداعي ومراده ، وإن لم يقوِّم لسانه ، فإنَّه يعلم ضجيج الأصوات ، باختلاف اللغات على تنوع الحاجات

Berdo’a boleh dengan bahasa Arab dan bahasa non Arab. Allah ﷻ tentu saja mengetahui setiap maksud hamba walaupun lisannya pun tidak bisa menyuarakan. Allah Maha Mengetahui setiap do’a dalam berbagai bahasa pun itu dan Dia pun Maha Mengetahui setiap kebutuhan yang dipanjatkan. [22/489]

Khusus perkara do’a dalam bab Shalat, maka terdapat perbedaan di kalangan ulama madzāhib, dimana sebagian membolehkan, namun sebagian melarangnya karena menganggap bagian tambahan dalam Shalat. Madzhab Hanafi menghukumi makruh, dan Madzhab Maliki mengharamkan.

Adapun dalam Madzhab Syafi’i, do’a yang ma’tsūr (ada dalilnya) tidak boleh dibaca dengan bahasa selain bahasa Arab. Namun, jika do’a tersebut termasuk rukun shalat, wajib membaca terjemahannya jika seseorang tidak bisa melafazhkan bahasa Arabnya, mungkin karena baru belajar Islam. Begitupun, jika do’a itu ma’tsur, tapi ia ‘ājiz (tidak mampu berbahasa Arab), masih boleh dengan bahasa Indonesia, namun jika do’a itu tidak ma’tsūrah’, alias do’a dengan redaksi sendiri, dilarang menggunakan selain bahasa Arab. Dalam hal ini dapat mengacu pada kitab Mughni al-Muhtaj (I/177):

( وَمَنْ عَجَزَ عَنْهُمَا ) أَيْ: التَّشَهُّدِ وَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَهُوَ نَاطِقٌ،(تَرْجَمَ ) عَنْهُمَا وُجُوبًا ؛ لِأَنَّهُ لَا إعْجَازَ فِيهِمَا .

أَمَّا الْقَادِرُ فَلَا يَجُوزُ لَهُ تَرْجَمَتُهُمَا ، وَتَبْطُلُ بِهِ صَلَاتُهُ ( وَيُتَرْجِمُ لِلدُّعَاءِ ) الْمَنْدُوبِ ( وَالذِّكْرِ الْمَنْدُوبِ ) نَدْبًا كَالْقُنُوتِ وَتَكْبِيرَاتِ الِانْتِقَالَاتِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ ( الْعَاجِزُ ) لِعُذْرِهِ ( لَا الْقَادِرُ ) لِعَدَمِ عُذْرِهِ ( فِي الْأَصَحِّ ) فِيهِمَا. أَمَّا غَيْرُ الْمَأْثُورِ بِأَنْ اخْتَرَعَ دُعَاءً أَوْ ذِكْرًا بِالْعَجَمِيَّةِ فِي الصَّلَاةِ فَلَا يَجُوزُ. انتهى

Wallāhu a’lam.
Dr. Wido Supraha

Silahkan bergabung dalam Channel Kajian: https://chat.whatsapp.com/Ac4qkRlYMjG4d92DZdUSh4
__
💠 Facebook: facebook.com/wido.supraha
📷 Instagram: instagram.com/supraha
🐦 Twitter: twitter.com/supraha
📠 Telegram: telegram.me/supraha
🎥 Youtube: youtube.com/supraha
🌐 URL: widosupraha.com

Terima kasih telah membantu menyebarkan pesan dakwah ini. Pertanyaan sahabat silahkan dikirimkan melalui e-Mail: suprahawido@gmail.com, dan jawaban akan diberikan Channel Kajian WA di atas.

Tinggalkan komentar