Ar-Rahman Ar-Rahim (الرحمن الرحيم)

Ar-Rahman Ar-Rahim terulang ayatnya dalam Surat Al-Fatihah. Para ulama tafsir pun tidak terlalu banyak membahasnya, karena pembahasan tentangnya telah cukup panjang lebar ketika mentadabburi basmalah sebagai ayat pertama surat tersebut. Namun begitu para ulama memahami akan maksud penegasan sifat rahmat (kasih sayang) sebagai penggambaran akan diri-Nya setelah menyebutkan sifat rububiyyah-Nya yang menyeluruh.
Allah memiliki Rahmat yang dengannya menghendak kebaikan bagi orang-orang yang baik.[1] Rahmat menjadi sifat yang jelas, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-An’am [6] ayat 133,
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.
Berkata Al-Imam Al Bukhari,
الرحمن الرحيم: اسمان من الرحمة، الرحيم و الراحم بمعنى واحد كالعليم و العالم
Ar-Rahman Ar-Rahim adalah nama-nama Allah yang baik nan utama, sehingga ia diulang dua kali dalam Al-Fatihah, dan keduanya berasal dari kata rahmah, bermakna kelembutan dan kasih sayang. Ia merupakan sifat fi’il bukan sifat dzat.[2] Prinsip yang melandasi hubungan Allah dengan manusia adalah rahmat.[3] Maka ar-rahman ar-rahim menjadi bantahan bagi mereka yang mengingkari rahmat Allah sebagai sifat hakiki-Nya, dan meyakininya sebagai keinginan serta kebaikan.[4] Namun begitu, Imam Ibn Jarir Ath-Thabari menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa basmalah bukanlah bagian dari ayat Surat Al-Fatihah.[5]
Kedua kata itu, Ar-rahman dan Ar-rahim, terbentuk dari kata ar-rahmah, dan keduanya mengandung arti al-mubalaghah (yang lebih). Hal ini karena Ar-Rahman memiliki arti yang lebih mendalam daripada Ar-Rahim, disebabkan Ar-Rahman sendiri bermakna Dzat yang memiliki kasih sayang yang bersifat menyeluruh dan mencakup semua makhluk di dunia, juga kaum mukmin ketika di akhrat nanti. Adapun Ar-Rahim bermakna Dzat yang memiliki kasih sayang yang hanya ditujukan bagi kaum mukmin pada hari kiamat. Tadabbur ini sejalan dengan perkataan Nabi Isa a.s.,[6] sebagaimana juga isyarat Allah Swt., dalam Surat Al-Furqan [25] ayat 59,
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
dan Surat Thaahaa [20] ayat 5,
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy.
Penyebutan kata istiwa (bersemayam) yang disandingkan dengan Ar-Rahman menunjukkan bahwa rahmat Allah mencakup seluruh makhluknya.[7] Hal serupa ditemukan dalam firman Allah Swt. Surat Al-Mulk [67] ayat 19,
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.
Bahkan Allah Swt memiliki satu surat bernama Ar-Rahman [55], untuk menegaskan kasih sayangnya. Silahkan mentadabburi ayat 1-13.
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an; Dia menciptakan manusia; Mengajarnya pandai berbicara; Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan; Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya; Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan); Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu; Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu; Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya); Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang; Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya; Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Sementara terhadap orang-orang beriman, Allah mengkhususkan kasih sayang-Nya yang terkandung dalam salah satu nama-Nya, yaitu Ar-Rahim. Hal ini ditegaskan di dalam Surat Al-Ahzab [33] ayat 43,
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
Namun begitu, ayat di atas juga membuka pemahaman kita bahwa atas kehendak Allah juga, pengkhususan kasih sayang Allah, Ar-Rahim, hanya untuk orang-orang beriman, juga dapat diberikan di dunia, sebawai wujud keberkahan bagi mereka, setelah para Malaikat pun mendoakan mereka, dan dikeluarkannya mereka dari kegelapan menuju cahaya yang terang, yang kesemuanya semoga menjadi sebab yang dapat mendatangkan kasih sayang Allah di akhirat nanti, hanya kepada orang-orang beriman. Pemahaman seperti ini sejalan dengan Surat At-Taubah [9] ayat 117,
Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka,
Maka, demikianlah pengkompromian [8] antara apa yang diyakini mayoritas ulama dan hadits Nabi Saw.,
رحمن الدنيا و الآخرة، رحيمهما
Ketika Allah Swt menyifati Dzat-Nya dengan rabb al-‘alamin, disana terkandung unsur peringatan dari Allah Swt bagi hamba-hambaNya. Fahamlah kita kemudian mengapa Allah menyegerakan melanjutkan penyifatan-Nya atas Dzat-Nya dengan Ar-Rahman Ar-Rahim, agar bersatu unsur takut dan cinta kepada-Nya, sehingga mendorong ketaatan sekaligus pencegahan kemaksiatan.[9] Pemahaman seperti ini sejalan dengan firman Allah Swt. dalam Surat Al-Hijr [15] ayat 49-50,
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang; Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.
Juga sebagaimana firman-Nya dalan Surat Ghafir [40] ayat 3,
Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).
Penyatuan targhib sesudah tarhib [10] seperti ini juga terdapat dalam Surat Al-An’am [6] ayat 165,
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Perpaduan Ar-Rahman Ar-Rahim setelah Alhamdulillahi Rabb Al-‘Alamin, dan perpaduan Ar-Rahman Ar-Rahim bersama Maliki Yaum Ad-Diin, memperlihatkan bahwa rahmat Allah bersama penghuni alam dan kelak bagi penghuni hari akhir dari kalangan orang-orang beriman. Hadirnya kekhusyu’an shalat adalah tatkala kita membacanya, segera mengingatkannya pada rahmat dan nikmat Allah terhadap hamba-Nya, baik yang ada di dunia maupun yang telah akan disediakan di akhirat. Berikut hadits Nabi Saw dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah r.a., ketika Rasulullah Saw. bersabda,
لو يعلم المؤمن ما عند الله من العقوبة ما طمع بجنّته أحد، ولو يعلم الكافر ما عند الله من الرّحمة ما قنط من جنّته أحد.
Maraji’
1] Jalaluddin Muhammad al-Mahalli, Tafsir Al-Jalalain
2] Ibn Hajar Al-Atsqalani, Fathul Bari, Syarh Shahih al-Bukhari
2] Amru Khalid, Khawathir Qur’aniyyah, Nazharat fi Ahdafi Suwar Al-Qur’an
3] Muhammad ibn Shalih al-‘Utsaimin, Ahkam min Al-Qur’an Al-Karim
4] Ath-Thabari, Jami’ Al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an
5] Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibn Mas’ud
6] Asy-Syanqithi, Adhwa’ al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bi Al-Qur’an
7] ibid
8] Al-Qurthubi, Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an
9] Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubab at-Tafsir min Ibn Katsir
Kategori
Arrokhmaan = Sang RokhmaTOR = Pemberi Kasih Sayang (rokhmat); Arrokhiim = Sang RokhamaWAN= Sangat dermawan dalam memberi kasih sayang (rokhmat).