Lanjut ke konten

Sex atau Gender, Fantasi atau Dunia Nyata?


Oleh: Dr. Wido Supraha (Direktur Institut Adab Insan Mulia)

Setiap manusia terlahir dengan jenis kelamin (sex) laki-laki dan perempuan, maka orientasi seksual (gender) laki-laki ya harus laki-laki, tidak boleh menjadi perempuan. Jika ada arus politik nasional yang didukung politik internasional yang sengaja diaruskuatkan agar menerima kemungkinan seorang yang terlahir sebagai laki-laki (sex: man) tapi memiliki orientasi seksual sebagai keperempuanan (gender: female), maka ini menjadi satu fantasi yang tidak masuk akal untuk dipaksakan.

Sharon Slater, Presiden FWI (Family Watch International), menjelaskan bahwa persoalan ini datang karena politik mengarusutamakan ideologi gender. Beliau menjelaskan: “Radical gender ideologies challenge the scientific basis for being male or female, and in the process, undermine the socially important biological realities associated with the two sexes. It promotes the fantasy that one can be born into the wrong body and that people can change their gender with hormones and mutilation operations that amputate or alter healthy organs. This creates confusion about the essential uniqueness of man and woman and the relationships that define the family, which in turn poses a serious threat to public health. [1]

Secara bebas, pernyataan beliau dapat diterjemahkan, bahwa: “Ragam ideologi gender radikal menantang dasar ilmiah untuk menjadi laki-laki atau perempuan, dan dalam prosesnya, merusak realitas biologis yang sangat penting secara sosial yang terkait dengan dua jenis kelamin (sex). Ini membangun fantasi bahwa seseorang dapat dilahirkan ke dalam tubuh yang salah dan bahwa orang dapat mengubah jenis kelamin mereka dengan hormon dan operasi mutilasi yang mengamputasi atau mengubah organ yang sehat. Hal ini menciptakan kebingungan tentang keunikan secara mendasar akan pria dan wanita dan korelasinya dalam membangun sebuah keluarga, yang pada gilirannya menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.”

Menerima ideologi gender dalam pengembangan keilmuan di Indonesia sama dengan membangun fantasi yang pada akhirnya akan merusak tatanan ketahanan keluarga. Fantasi itu dimulai dengan mengubah kategori jenis kelamin (sex): man and woman, menjadi orientasi seksual berbasis konstruksi sosial (gender): male, female, transexual male, transexual female, metrosexual male, metrosexual female, male but curious what being a female is like, female but curious what being a male is like, female but have an Adam’s apple, dan seterusnya ke dalam kategori yang sangat banyak, sebanyak fantasi manusia di dunia.

Pertanyaannya, akankah kita hidup dalam fantasi atau dunia nyata?

@supraha

Telegram: t.me/supraha
IG: instagram.com/supraha
WA: https://chat.whatsapp.com/Gz7D8ocSYqV3EZaS4u0wwU

Maraji’:
1] https://familywatch.org/newsletters/16335-2/#.YZ91bWBBxEY

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: