Maalik Yaumuddin (مالك يوم الدين)

Ibn Abbas menjelaskan bahwa Hari Pembalasan adalah Hari diperhitungkannya amal semua makhluk, yaitu Hari Kiamat, yang merupakan Hari Pembalasan amal mereka; jika amal itu baik maka baiklah balasannya, tetapi jika amal itu buruk maka buruk pula balasannya, kecuali orang yang dimaafkan dosanya oleh Allah Swt.
Malik
Imam Asy-Syaukani, Fath al-Qadir
– Dibaca maaliki, maliki, malki, malaka
– Berformat iitisa’ (pelebaran kalimat) ketika disandingkan yaumuddin ke dalam zharf (Maaliki)
– Nabi Saw, Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman pernah membaca malik (Hadits Gharib, riwayat At-Tirmidzi, Mursal dari Abu Daud, Az-Zuhri, Abd. bin Humaid, Marfu’ oleh Abdurrazzaq dalam tafsirnya dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibn Mas’ud, Shahih Al-Hakim, Maqbul Ibn Hajar)
Dibaca juga:
– malikii : Abu Hurairah, Ashim al-Jahdari, Imam Nafi’ (menurut Ibn Katsir)
– mallaka oleh Abu ‘Utsman, Asy-Sya’bi, dan Athiyyah (Imam Al-Alusi)
– malika : Anas bin Malik, Abu Naufal Amr bin Muslim al-Bashari
– malaka : Abu Hanifah
– malikan, malikun : Ashim al-Yamani
– maliikan : Abu Hurairah
Antara Malik dan Maalik
Malik
– Malik lebih utama: Abu Ubaid, Al-Mubarrad, Az-Zamakhsyari, dan Ath-Thabari
– Setiap malik berarti maalik, tapi tidak setiap maalik adalah malik
– Perintal malik dilaksanakan olah maalik di dalam kerajaannya, sehingga maalik tidak bertindak kecuali sesuai kebijakan malik
– Dibaca dalam 7 Qira’ah
– Maalik lebih utama: Abu Haatim, Al-Qadhi Abu Bakar bin Al-Arabi
– Allah adalah penguasa manusia dan lyang lainnya, sehingga lebih dominan dalam bertindak dan lebih agung
– Penguasa makhluk adakalanya bukan sebagai raja, sedangkan Allah Swt. adalah penguasa dan raja
– Lebih dominan dalam memuji Sang Pencipta, sementara malik lebih dominan dalam memuji makhluk dari Sang Penguasa
:: Masing-masing memiliki kekhususan
– Maalik: menjual, menghibahkan, memerdekakan
– Malik: tindakan penjabatan dari kebijakan malik, pengetahuannya dan upayanya dalam memelihara kemaslahatan rakyat (Imam Asy-Syaukani, Fath al-Qadir)
Makna kandungan Malik, menurut Ibn Katsir terdapat dalam,
– Q.S. Maryam (19) ayat 40,
Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.
– Q.S. An-Naas (112) ayat 1-2
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Maka kata malik tidak boleh digunakan sebagai nama, Nabi Saw. bersabda dalam Riwayat Bukhari,
إنّ أخنع اسم عند اللّه، رجل تسمى ملك الإملاك – زاد مسلم لا مالك إلاّ اللّه عز و جلّ
Yaumuddin (يوم الدين)
Imam Al-Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim wa As-Sab’ul Matsani
– Dibaca juga:
– yauma : Umar bin Abdul Aziz, Abu Shalih as-Sam’an, Abdul Malik (Qadhi India), Abu ‘Ashim ‘Ubaid bin ‘Umar al-Laitsin, Abu Haiwah, Jubair bin Muth’am
Kata Ad-Diin memiliki banyak makna, di antaranya, menurut Al-‘Utsaimin dalam Tafsir Ahkam min Al-Ahkam Al-Qur’an adalah amal, sebagaimana Q.S. Al-Maidah (5) ayat 3.
Syaikh asy-Syanqithi dalam Adhwa’ al-Bayan fi Idhah al-Qur’an bi Al-Qur’an:
– Penjelasan Yaumuddin terdapat dalam Q.S. Al-Infithar (82) ayat 17-19,
Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?;
Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?;
(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.
Juga terdapat dalam Q.S. An-Nuur (24) ayat 25,
Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).
Imam Ibn Katsir juga menjelaskan, bahwa makna ini ada dalam Q.S. Huud (11) ayat 105,
Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Juga terdapat dalam Q.S. An-Naba (78) ayat 38,
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.
Maka pengertian yaumuddin adalah
– Yaumul Hisab (Imam Asy-Syaukani, Fath al-Qadir)
– Yaumul Qiyamah wal Jaza (Imam Al-Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim wa As-Sab’ul Matsani)
Sebagaimana dalam Hadits Nabi Saw.,
البرّ لا يبلى و الإثم لا ينسى و الديّان لا يموت، فكن كما شئت كما تدين تدان
Keduanya semakna sebagaimana Q.S. Ghaafir (40) ayat 15-17,
(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).
(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya.
Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.
Dan di antara maknanya adalah,
مالك الأمر كله في يوم الدين
ملك الأمور يوم الدين
Di dalamnya mengandung unsur kelembutan dan kasih sayang Allah Swt, sebagaimana dalam Q.S. Al-Furqaan (25) ayat 26,
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.
Maka memaknai Yaumuddin, akan mendorong kita memaknai al-kayyis, karena pada saat itu tidak ada lagi yang tersembunyi, dan seluruhnya bergantung seluruh amalan kita, sebagaimana Q.S. Al-Haaqqah (69) ayat 18,
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
Kategori