Peneliti INSISTS: LGBT, Gerakan Feminisme yang Anti Agama

LGBT dikembangkan oleh kelompok feminisme yang berangkat dari anti agama. Menurut gerakan feminisme, agama memperoleh kekuasaan untuk mengontrol tubuh dan seksualitas. Cara mereka memperoleh hasrat seksualitasnya tercermin dari kampanyenya menggaungkan “my body is mine”, soal seks terserah saya, bukan urusan anda.
“Sangat disayangkan, jika Komnas Perempuan atau negara tidak punya standar moral moralitas. Akibatnya menjadi kacau,” ungkap Peneliti INSISTS DR. Wido Supraha dalam diskusi bertemakan “LGBT & Kebebasan Seksual: Perspektif Feminisme dan Islam” di Aula INSISTS, Jakarta, belum lama ini.
Dikatakan Wido, kaum feminisme berpandangan, wanita merasa termaginalkan dan menjadi pelengkap penderita., sehingg a mereka terdorong untuk membuat kelompoknya sendiri. Terhadap pihak yang berpandangan negatif terhadap LGBT, mereka mengatakan, yang bersangkutan belum memahami LGBT .
“Kita dipaksa untuk menerima dengan permainan kata-kata para pendukung LGBT. Mereka berdalih, selama tidak membuat keresahan no problem. Padahal, justru mereka lah, kaum LGBT dan pendukungnya yang menghadirkan keresahan, minoritas tapi menjajah mayoritas,” ujar Wido.
Persoalannya, hari ini minoritas dianggap lebih. Definisi keresahan dan kekerasan cendrung pada orang-orang minortas. Wido menegaskan, kita harus kembali pada makna dasar, jangan terjebak dengan permainan kata-kata para pengusung kebebasan.
“Kaum feminisme mendesak para wanita untuk melahirkan anak tanpa rasa sakit. Kaum feminis radikal juga mendorong wanita untuk bereksprimen dengan aktivitas seks yang kontroversial. Kaum feminisme pun jatuh kepada lesbian, dengan alasan semua manusia punya hasrat seksual.”
Para feminisme radikal berpendapat, dominasi laki-laki berpusat pada seksualitas, sehingga wanita merasa tersubordinasi. Kalau mereka jatuh pada laki-laki, mereka merasa terhina.
Menurut pendukung LGBT, agama menjadi penghalang keberadaan LGBT. Itu artinya, mereka tidak memerlukan agama. Padahal Indonesia adalah negara yang berketuhanan. Itulah sebabnya, tidak ada tempat bagi LGBT di Indonesia. [desastian/Islampos]
Source: https://www.islampos.com/peneliti-insists-lgbt-gerakan-feminisme-yang-anti-agama-254033/