Peneliti INSISTS: Jumlah LGBT Tidak Banyak, Tapi Dananya Kuat

Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat Indonesia disibukkan dengan persoalan LGBT. Agar virus LGBT tidak bertambah luas, masyarakat perlu mengkajinya dari berbagai aspek, mulai dari sisi syariah, hukum, psikologi maupun kesehatan.
Tak kalah penting, perlu dilakukan penggalangan opini publik, sekaligus edukasi dalam rangka meng-counter isu LGBT yang diusung kelompok liberal.
“Membiarkan LGBT sama saja membiarkan tumbuh kembangnya monster,” ujar Peneliti INSISTS DR. Wido Supraha dalam diskusi dan kajian bertemakan “LGBT & Kebebasan Seksual: Perspektif Feminisme dan Islam” di Aula INSISTS, Jakarta, belum lama ini.
Wido dalam kajian itu menerangkan, pakar psikologi dari Amerika Serikat menyebutkan, jumlah gay di AS tidak sampai 1-2%, tapi jumlah yang sedikit ini berhasil membalik keadaan dunia, dan menjadi negara yang terakhir mendukung pernikahan sejenis.
“Meski jumlah mereka sedikit, kaum LGBT dan pendukungnya kini terus merancang strategi baru dalam gerakannya,” ujar Wido.
Dikatakan Wido, kini, total negara yang melegalkan perkawinan sejenis sudah 21 negara. Larangan Paus terhadap LGBT sepertinya tidak mempan, karena di Barat, pernyataan itu tidak ditempatkan sebagai otoritas dalam kehidupan tata negara. LGBT sebagai gerakan ini telah mendapat dukungan dari UNDP, sebuah bagian dari PBB.
“Khusus di Asia, dana yang digelontorkan untuk mendukung gerakan LGBT sejak Desember 2014 hingga 2017 begitu besar. Gerakan mereka akan kembali bangkit jika mendapat suntikan dana segar,” terangnya.
Dana segar senilai delapan juta U$ dollar ini ditujukan untuk negara Asia Timur dan Asia Tengah, seperti Cina, Philipina, Thailand termasuk Indonesia. Hanya dua negara yang tidak melegalkan kampanye LGBGT, yakni Malaysia dan Singapura.
Belum lama ini, lanjut Wido, Dubes AS sampai ke datang ke kantor Republika untuk merespon pemberitaan tentang LGBT, hanya untuk meninggalkan pesan, Indonesia sebagai negara demokrasi harus bisa memberi contoh bagi negara-negara lain. Mereka terus melakukan psywar kepada kelompok anti LGBT.
“Parahnya lagi, para pendukung LGBT mengkaitkan isu ini dengan kearifan lokal, seperti adanya suku di Bugis, yang tidak menetapkan gender untuk diri mereka sendiri,” ungkap Wido. [desastian/Islampos]
Source: http://islamic-center.or.id/peneliti-insists-jumlah-lgbt-tidak-banyak-tapi-dananya-kuat/