Lima Langkah Mudah Merawat Tali Ukhuwah Islamiyah

Dr. Wido Supraha
(Peneliti INSISTS; Dosen Pascasarjana UIKA Bogor; wido@supraha.com)
Disampaikan dalam Khutbah Idul Fitri 1437H di GDC, Depok.
اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ كبِيرْاً والْحمْدُ للهِ كثِرْاً وسُبحْان اللهِ بُكْرة وأصِيْلاً لا إلِه إلِا اللهُ اللهُ أكبرُ، اللهُ أكبرُ ولله الْحمْدُ …
الحمْدُ للهِ الذِي ربانا على الشدائِدِ والمْلاحِمِ باِلصّيامِ، وجعلنا باِلصّبر والْيقِيْنِ أئِمة الْأنام
أشهدُ أنْ لا إلِه إلِاّ اللهُ وحْدهُ لا شرِيْك لهُ شهادة صِدْقٍ وحق، وأشْهدُ أن مُحمدًا عبدْهُ ورسوْلُهُ المْبعْوْثُ رحْمةً للعالمين
Allahu Akbar 9 x walillāhilhamd. Ma’asyiral mu’slimin rahimakumullah,
Pagi ini, kita hadir bersama, berkumpul di atas bumi Allah ﷻ, dalam sebuah ikatan persaudaraan dengan nilai-nilai Iman dan Islam, sebuah ikatan yang dibangun di atas realitas perbedaan umat manusia di seluruh dunia, baik warna kulit, suku, bahasa, dan kewarganegaraan, yang telah menjadi ketetapan Allah ﷻ, agar manusia tidak pernah membesarkan perbedaan yang tampak secara zhahir dalam pandangan mata, kecuali persamaan Iman yang telah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan bathin, ikatan yang melahirkan semangat saling memuliakan di antara kaum mukminin, sehingga kelak semuanya menjadi manusia-manusia mulia di Surga-Nya. Allah ﷻ telah berfirman dalam Surat al-Hujurāt [49] ayat 10:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah (perbaikilah hubungan) di antara kedua saudaramu tersebut dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Ramadhan yang telah kita lewati, pendidikan sekaligus perjuangan di dalamnya, telah meninggalkan begitu banyak pelajaran mendalam, sekaligus pembiasaan bagi kaum muslimin untuk sentiasa merawat cinta kasih dan harmoni gerak di antara orang-orang beriman. Para alumnus Ramadhan seyogyanya telah terbiasa untuk memberikan manfaat untuk saudaranya daripada mudharat, terbiasa untuk menggembirakan saudaranya daripada membuatnya sedih dan kecewa, terbiasa untuk mendoakannya daripada menghina dan membicarakan keburukannya. Hal ini semata-mata karena persaudaraan Islam jauh lebih utama dari segalanya, persis sesuai nasihat Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya nomor 3384 dari Ayyub r.a. (juga diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi nomor 2783,
حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ التَّبُوذَكِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ أَيُّوبَ وَقَالَ لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُهُ خَلِيلًا وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ مِثْلَهُ
Telah bercerita kepada kami Mu’allā bin Asad dan Mūsa bin Ismā’īl at-Tabūdzakiy, keduanya berkata, telah bercerita kepada kami, Wuhaib, dari Ayyūb, dan beliau bersabda: “Seandainya aku diperbolehkan menjadikan seseorang sebagai kekasih, pasti aku menjadikan dia (Abu Bakr) sebagai kekasih. Akan tetapi Ukhuwah Islam lebih utama“. Telah bercerita kepada kami, Qutaibah, telah bercerita kepada kami Abdul Wahhāb dari Ayyūb seperti hadits ini juga.
Ramadhan memberikan bekas mendalam pada relung jiwa kaum mukminin, bahwa hakikat hidup di dunia sejatinya adalah berjama’ah, karena ‘nafsi-nafsi’ adalah kepastian di Yaum al-Hisāb. Bersabar hidup bersama orang-orang beriman, dalam suka dan duka, ternyata jauh lebih indah dan menentramkan daripada hidup bersendirian. Sungguh kebersamaan seperti ini amatlah mahal, dan bahkan tidak bisa terbeli dengan materi sebanyak apapun, karena ia lahir dari pancaran cahaya yang telah terwarnai dengan Cahaya Ilahi. Benarlah ketika Allah ﷻberfirman dalam Surat al-Anfāl [8] ayat 63:
وَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡۚ لَوۡ أَنفَقۡتَ مَا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا مَّآ أَلَّفۡتَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيۡنَهُمۡۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٦٣
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ramadhan telah mendorong kaum muslimin untuk terus membangun persahabatan sejati, menciptakan persatuan dengan tali agama Allah, dan menutup segala potensi yang dapat merusak bahkan memecah tali Ukhuwah Islamiyah yang telah kokoh. Sebulan penuh, kaum beriman berjuang mengelola jiwanya, mengendalikan hawa nafsunya, menurunkan ego pribadinya, membangkitkan motivasi hidupnya hanya untuk mencari ridha Allah semata. Tangan Allah akan selalu bersama jama’ah kaum mukminin, membimbingnya untuk menjauhi tepi jurang neraka. Hal ini sejalan dengan firman Allah ﷻdalam Surat Ali ‘Imrān [3] ayat 103:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya dengan tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Ramadhan menghadirkan satu pengalaman spiritual kepada kita semuanya, bahwa ternyata menjalankan syariat Allah itu mudah. Sesuatu yang awalnya seakan terasa berat ternyata justru menjadi kenikmatan dan terasa semakin ringan. Demikianlah hakikat seluruh perintah Allah ﷻ, seluruhnya pada dasarnya mudah untuk dihidupkan, hanya saja kita sering membatasi kemampuan diri kita dan melupakan keyakinan bahwa Allah Yang Maha Mengetahui tidak akan membebani syariat di luar kemampuan hamba-Nya. Maka hal yang sama akan kita rasakan ketika mulai mencoba untuk menghidupkan syariat Allah di dalam membangun, memperkuat dan memelihara kualitas Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan di antara kaum beriman dengan nilai-nilai Islami. Mungkin pada awalnya terdengar apatis, berat dan terasa tidak mungkin, namun ketika telah memulainya, niscaya mulai terasa betapa begitu mudah prosesnya, hingga dunia pun terasa semakin indah bersama nikmatnya memiliki saudara seiman. Oleh karenanya, bagi mereka yang mengalami kesulitan untuk menegakkan syariat Allah ini, membangun dan memelihara ukhuwah Islamiyah, maka semoga lima langkah mudah berikut dapat dijadikan salah satu panduan amal.
Langkah Pertama: Memandang setiap muslim sebagai saudara seiman seutuhnya
Islam memandang bahwa di antara ciri keimanan seorang Muslim adalah tatkala ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia merasakan laksana tubuh yang satu meskipun raga terpisahkan batas wilayah, karena iman mampu menyatukan segala sesuatu yang berserakan karena keterpecahan. Nabi ﷺ telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari No. 13 dan Imam Muslim No. 45:
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak beriman dengan sempurna salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Ramadhan mendidik kaum beriman untuk mencintai saudara Muslim tanpa melihat apa sekat-sekat dunia yang telah membatasinya, apakah itu faktor kesukuan, nasab, jabatan, harta, pilihan politik dan partai, dukungan klub sepakbola, atau sekat-sekat lain yang akan muncul di kemudian hari. Jangankan untuk melukai kulit saudaranya, membicarakan keburukannya pun ia tak sanggup. Ia menjadi pribadi yang begitu mudah tersenyum lepas tatkala bertemu saudaranya yang bahkan baru dikenalnya di jalan, ia menjadi pribadi yang begitu ringan tangan ingin selalu memberikan manfaat dan memenuhi kesusahan saudaranya, tidak saja saudaranya yang berada di Indonesia, bahkan di belahan penjuru dunia seperti Palestina, Suriah, Rohingya, dan China. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam at-Tirmidzi No. 1956:
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.
Nabi ﷺ juga bersabda dalam sebuah hadits riwayat Imam ath-Thabrani dalam Mu’jam ash-Shaghir No. 907:
مَن لَمْ يهتَمَّ بأمرِ المُسلِمينَ فليس منهم
Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka dia bukan golongan mereka.
Langkah Kedua: Memandang perbedaan organisasi sebagai perbedaan alat untuk menuju tujuan yang sama
Kesamaan cara pandang pada sekelompok manusia dalam menuju sebuah tujuan, telah mendorong mereka untuk bergerak bersama dan akhirnya terbentuklah perkumpulan atau organisasi, baik formal maupun non-formal. Namun bagi orang-orang beriman, organisasi bukanlah tujuan, sehingga dengan cara pandang ini, mereka tidak akan pernah terjatuh dalam egoisme (ananiyyah), fanatisme kelompok (ashabiyah hizbiyyah) sehingga berpotensi melahirkan permusuhan (al-’adawah), pertentangan (al-tanazu’), dan perpecahan (al-insyiqaq), bergerak sendiri-sendiri, bahkan berpotensi saling berhadap-hadapan. Organisasi hanyalah sekedar sarana atau alat untuk berjuang di jalan Allah, persis sebagaimana sabda Nabi ﷺ dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim No. 3526:
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Barangsiapa berjuang untuk menegakkan dan meninggikan kalimat Allah, maka itulah yang disebut fi sabilillah.
Ramadhan membiasakan umatnya untuk senang membangun konsolidasi di atas perbedaan yang masih dapat ditoleransi, perbedaan yang masih berada dalam wilayah perbedaan (majal al-ikhtilaf), bukan perbedaan terhadap masalah yang sudah jelas kepastiannya (ma’lum min al-din bi al-dlarurah) sehingga hadir kesadaran bahwa kepentingan umat Islam jauh lebih penting dari sekedar kepentingan sektoral organisasi. Persamaan tujuan di antara organisasi lebih terlihat dari perbedaan, sehingga mereka akan selalu mencari titik temu untuk keluar dari perbedaan (al-khuruj min al-khilaf). Dengan demikian organisasi lain akan selalu dipersepsikan sebagai mitra strategis, sehingga hiduplah budaya kerjasama dan perlombaan meraih kebaikan, bukan budaya pertentangan, permusuhan, dan persaingan tidak sehat, dikarenakan seringnya terjadi koordinasi dan komunikasi di antara sesama mitra strategis, bersinergi daripada kontra-produktif, di atas semangat persaudaran (ukhuwah), keadilan (tawassuth), dan keseimbangan (tawazun).
Langkah Ketiga: Mengedepankan silaturrahim dalam kebersamaan politik
Realitasnya, politik telah menjadi wilayah efektif untuk memecah belah dan merusak Ukhuwah Islamiyah. Umat Islam menjadi sasaran paling empuk untuk digiring opininya sesuai kemauan para pembuat makar. Rasa permusuhan dan kebencian begitu mudah dibangkitkan, menyisakan para pembuat skenario yang tertawa di balik layar. Ketika mereka munculkan tag-line “Pemimpin kafir yang adil, jauh lebih baik daripada pemimpin muslim tapi korup”, dan menisbatkan kalimat ini kepada sahabat ‘Ali ibn Abi Thali r.a., banyak umat yang bersegera mengaminkannya, melupakan segenap ilmu yang dituntutnya, dan malas untuk berpikir dan menghayati lebih mendalam akan persoalan di dalam kandungan setiap kalimat. Padahal, kalimat itu telah pernah dikeluarkan oleh seorang pemuka Syiah Radhiuddin Ali ibn Thawus ketika panglima kafir Pasukan Tartar yang dikenal dengan kebengisannya, Hulagu Khan, meminta fatwa demi meraih simpati rakyat Baghdad, tahun 1258 M. Sejatinya, dalam perang pemikiran seperti ini, meski kalimat tersebut mengandung perbandingan yang tidak apple-to-apple, kaum Muslimin dapat menyerang balik dengan kalimat sejenis, “Pemimpin Muslim yang adil, jauh lebih baik daripada pemimpin Kafir yang zhalim”. Bahkan kalimat ini akan lebih efektif jika digunakan di sebuah negeri dengan mayoritas non-Muslim. Namun bagaimanapun, seorang Mukmin memiliki etika politik-nya tersendiri, yang tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Silaturrahim secara berkala selain mendatangkan rahmat-Nya, mendapatkan kepastian dari seluruh keraguan, menghapus seluruh prasangka, menghadirkan semangat untuk saling memahami, menguatkan cinta kasih dan menggugurkan seluruh dosa-dosa, sehingga lahirlah kekuatan. Maka sentiasalah kita jadikan pegangan hidup, sebuah hadits Nabi ﷺ yang diriwayatkan Imam Bukhari nomor 5984 dan Imam Muslim nomor 2556:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.
Langkah keempat: Tidak memaksakan satu pendapat terhadap permasalahan yang di dalamnya mayoritas ulama tidak satu pendapat
Rentang periode 1400 tahun tentu bukanlah masa yang singkat. Dalam perjalanan dakwahnya, umat ini telah bertemu dengan ragam permasalahan yang sebagiannya bahkan belum pernah dibahas dan diputuskan di masa Nabi ﷺ terkait hukumnya, dalam segala bidang pemikiran dan kehidupan manusia. Jika di masa Nabi ﷺ masih hidup saja telah terjadi perbedaan di kalangan para sahabat, maka hal yang sama lebih mungkin terjadi hari ini. Jika dahulu ada Nabi ﷺ yang bersegera memutuskannya, maka hari ini kita memiliki para ulama sebagai pewaris ilmu Nabi. Maka cara pandang manusia akan sangat bergantung kepada sejauh mana penghayatannya dalam beragama, keluasan pemahamannya atas seluruh pondasi agama, metodologinya dalam memahami Islam, dan tentunya bagaimana adabnya dalam menuntut ilmu.
Ramadhan membuka mata hati manusia bahwa tag-line “Back to Al-Qur’an dan As-Sunnah” tidak akan mungkin tercapai dengan sempurna tanpa berpandu pada pemahaman para ulama madzhāhib yang telah mewariskan metodologi yang sempurna dalam memahami agama. Mengikuti para ulama adalah cara terbaik, karena kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak mungkin dilakukan dengan langsung memahami teks-teks agama semata. Padahal diskursus para ulama telah memperkaya warisan intelektual dan melahirkan tradisi ilmiah yang sangat bernilai harganya dan mencerahkan umat. Jika umat menggunakan metodologi studi Islam yang benar, maka akan terlahir pribadi-pribadi yang arif, bijaksana, cerdas, dan aktif menyatukan kaum muslimin di atas ilmu. Ia akan terbebas dari sifat berlebihan, ekstrim, jumud, dan senang berpecah di atas fanatisme buta. Ia akan terbiasa menahan diri untuk tidak mempertajam perbedaan-perbedaan yang bersifat khilafiyah dalam forum-forum khutbah dan pengajian, menahan diri untuk terlalu mudah mengklaim bahwa pendapatnya yang paling benar untuk sebuah masalah dimana para ulama besar pun berbeda pendapat atasnya, dan ia akan terbiasa menahan diri untuk memberikan vonis bid’ah, sesat, tahdzir dan kafir terutama kepada individu, kecuali setelah melalui proses yang telah ditetapkan oleh para ulama. Ia selalu merindukan hadirnya umat yang cerdas dikarenakan keluasan ilmu yang dimilikinya. Inilah hikmah di balik pesan Nabi ﷺ dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi nomor 2685:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا,لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الْخَيْرَ
Sesungguhnya para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut di sarangnya, mereka semua bershalawat (mendoakan dan memintakan ampun) atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.
Langkah kelima: Menghadirkan kebersamaan dan solidaritas dalam kebahagiaan dan kesedihan.
Setiap gerak amal individu mukmin ataupun organisasi, tentunya terkadang menghadirkan karya dan prestasi yang membanggakan umat Islam secara keseluruhan, namun terkadang mendapatkan ujian yang melahirkan kesedihan umat Islam secara keseluruhan. Turut merasakan kebahagiaan atas prestasi dan karya besar yang diraih oleh kaum mukminin, siapapun, darimanapun, dan dimanapun tentunya adalah cara pandang khas persaudaraan muslim yang memiliki hati yang suci. Ia tidak saja menghormatinya, namun ia pun turut menjaga dan melindungi kehormatannya, karena menganggapnya sebagai bagian dari prestasi besar umat Islam secara keseluruhan.
Ramadhan tidak saja memperkuat naluri kebersamaan sebagai sesama kaum beriman, namun juga menguatkan perasaan bahwa kaum muslimin dimanapun ia berada adalah bagian dari dirinya sehingga mendorong hadirnya toleransi, dan tolong-menolong dalam berbagai bidang kehidupan. Musibah yang menimpa saudaranya dirasakannya sebagai musibah yang juga menimpa dirinya. Ia terbiasa mendoakan saudaranya secara rahasia. Ukhuwah semacam ini telah dicontohkan sejak awal syariat Islam ini diturunkan, ketika Muhajirin dan Anshar begitu mudah disatukan dalam tali keimanan, bahkan semangat untuk saling berpecah dan berperang di antara sebagian kaum Anshar begitu mudah hilang karena faktor iman, seakan di antara mereka yang dahulu sering berperang, belum pernah terjadi apa-apa. Marilah kita renungi firman-Nya dalam surat Al-Hasyr [59] ayat 9:
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.
Demikianlah lima langkah mudah membangun dan memelihara Ukhuwah Islamiyah sebagai bagian dari bekal terbaik kita menuju Yaum al-Hisab. Pada akhirnya, berawal dari semangat untuk saling mengenal (ta’āruf), saling memahami (tafāhum), saling menolong (ta’āwun) dan saling membagi beban, mengisi dan menguatkan (takāful), lahirlah pribadi-pribadi mukmin bertakwa yang indah akhlak dan adabnya dan demikianlah di antara target capaian para alumnus Ramadhan. Marilah kita bergandengan tangan, saling mengisi dan menguatkan dalam hidup berjama’ah dalam barisan Ahlussunnah wal Jama’ah, berbasiskan Islamic Worldview, membentengi Ukhuwah Islamiyah ini dari ragam pemikiran yang menyesatkan seperti sekularisme, pluralisme agama dan liberalisme (SEPILIS), dari aliran yang menyesatkan seperti adanya Nabi Palsu, Ahmadiyah, Syi’ah, NII dan sejenisnya, agar umat ini semakin kuat, bangkit mengembalikan peradabannya yang gemilang, dibangun di atas ajaran Islam yang telah kokoh dan sempurna. Marilah kita renungkan wasiat Nabi ﷺ berikut ini dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim nomor 2564:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.
Semoga Allah Swt betul-betul menjadikan kita hamba pemenang, dan memanggil nama-nama kita di Jannah-Nya dari pintu ar-Rayyān. Marilah bersama kita tundukkan hati-hati kita bermunajat kepada-Nya di hari yang insya Allah menjadi hari kemenangan bagi orang-orang yang bertaqwa. Kita panjatkan permohonan kita agar umat Islam di seluruh dunia hari ini dijadikan umat yang senantiasa mencintai sesama saudaranya, bergerak aktif membangun dan memelihara Ukhuwah Islamiyah, dan marilah kita hadirkan wajah-wajah kaum muslimin dalam benak kita, kita doakan kebaikan mengalir kepada mereka semuanya, diawali doa kita agar kebaikan itu mengalir kepada orang tua dan keluarga kita.
***
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Rabb kami, ampunilah hambamu ini dan ampunilah kedua orangtuaku dan ampunilah seluruh mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.” (QS. Ibrahim: 41)
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Maha Dekat, Dzat yang mengabulkan doa.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
Ya Allah..
Jika hari ini ada di antara kami..
yang sedang sakit,
mohon angkatlah penyakitnya ya Allah…
Berikanlah kesembuhan untuknya..
Karena hanya Engkau lah yang Maha Menyembuhkan..
Ya Allah..
Jika hari ini ada di antara kami,
Yang kesulitan rezki,
Mohon mudahkanlah dan bukalah jalan rezekinya ya Allah..
Karena hanya Engkau Maha Pemberi Rezeki..
Ya Allah..
Jika hari ini ada di antara kami
yang hatinya sedang susah dan bersedih, menerima dan menghadapi ujian-Mu…
Mohon Kuatkanlah ia untuk mampu bertahan dan bersabar..
Dan hiburlah ia dengan penuh kurnia-Mu..
Karena janji-Mu yang tak pernah Kau ingkari..
Setelah kesusahan ada kesenangan dan kemudahan.
Ya Allah..
Jika hari ini ada di antara kami
yang sedang ada benih-benih sakit hati dihatinya..
Sombong, iri hati, dengki dan dusta..
Mohon bersihkan dan sucikanlah ya Allah..
Ya Allah..
Mohon ampunilah segala dosa dan khilaf kami..
Pun jika sampai hari ini ada diantara kami, yg merasa disakiti dan dizalimi kerana kesalahan kami yang disengaja atau pun yang tidak disengaja…
Bukakanlah pintu hatinya.. agar memaafkan kami..
Ya Allah, ampunkanlah dosa kami, dosa kedua ibubapa kami, dosa ahli keluarga kami, dosa guru guru kami, dosa sahabat-sahabat kami, dosa tetangga-tetangga kami dan dosa kaum Muslimin dan muslimat. Sesungguhnya Engkau lah Maha Pengampun dan Maha Mengasihani.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami, karena ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami, karena ia menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
وصل اللهم على خير خلقك سيدنا و نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين
Khutbah ini juga dapat dibaca dengan mendownload aplikasi supraha.com dari aplikasi Google Play Android.
Dapatkan versi PDF-nya dengan klik download.
Kategori