Khutbah Jum’at Ghadhab 1438 H

KHUTBAH JUM’AT
SELAMATKAN MASJID AL-AQSHA
(Teks Khutbah dipersembahkan untuk para Khatib Jum’at)
Penyusun dan Penanggung Jawab Isi: Dr. Wido Supraha[1]
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأيده بالحفظ والنصرة، وأعزّ أصحابه الطيبين الطاهرين والصلاة والسلام على سيد الأولين والآخرين، إمام الغر المحجلين، سيدنا محمد الأمين، وعلى آله وأصحابه الميامين . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَنَصَرَهُ وَوَالاَهُ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Setelah 50 (lima puluh) tahun, untuk pertama kalinya Shalat Jum’at dilarang dilaksanakan di Masjid al-Aqsha, Palestina. Tepatnya larangan itu terjadi sejak hari Jum’at pekan lalu, 14 Juli 2017, sejak terjadinya bentrokan senjata di dekat salah satu pintu masjid yang mensyahidkan, insya Allāh, 3 (tiga) pemuda Palestina, Ahmad Jabarin (30 tahun), Muhammad Hamid Jabarin (20 tahun), dan Ahmad (19 tahun) dan berhasil menewaskan 2 (dua) tentara Zionis Yahudi Israel, la’natullāh ‘alaihim, di dekat pintu al-Ashbath di Masjid al-Quds. Skenario Israel terbaru pun dimulai dengan kemudian menetapkan Masjid al-Aqsha dan al-Baldah al-Qadimah (Kota Lama) sebagai kawasan militer.[2]
Bentuk penistaan agama terbaru yang dilakukan Israel sejak pekan lalu itu diperparah dengan terjadinya penganiayaan terhadap penjaga Masjid, merampas teleponnya, mengeluarkan jama’ah shalat dari Masjid, dan menutup semua pintu Masjid. Anggota ‘Al-Kanist’ dari partai al-Bait al-Yahudi bahkan mendukung aksi kejahatan itu dengan menyerukan penutupan Masjid Al-Aqsha bagi Umat Islam untuk selamanya.[3] Tentara Zionis Yahudi kemudian mensyaratkan bolehnya memasuki Masjid melalui pintu metal detector, kebijakan represif yang sudah barang tentu ditolak oleh kaum Muslimi, warga Al-Quds. Oleh karenanya, Mufti Umum Al-Quds beserta para Mufti di seluruh wilayah Palestina serta para Khatib pun kemudian menyerukan untuk meningkatkan gelombang kunjungan warga sekitar ke Masjid Al-Aqsha dan terus melakukan penjagaan di pinggiran Masjid serta halamannya dan melaksanakan shalat Jum’at.[4] Hari ini, dengan tema Jum’at Ghadhab di seluruh dunia, para khatib Jum’at bersepakat untuk menyatukan suara umat di seluruh dunia untuk membangkitkan kembali persatuan kaum muslimim, membela Masjid Al-Aqsha, masjid yang dimuliakan di dalam Islam.
Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Gerakan shalat berjama’ah di sekitaran Masjid Al-Aqsha dan penolakan warga Al-Quds atas penggunaan pintu elektronik untuk memasuki Masjid telah berlangsung 7 (tujuh) hari hingga Jum’at hari ini. Pasukan zionis mulai melakukan cara-cara kekerasan untuk membubarkan warga yang menggelar shalat berjama’ah[5] khususnya di pintu Lion’s Gate, bahkan menyebabkan terlukanya Imam Masjid al-Aqsha, Syaikh Ikrimah Shabri di hari Selasa kemarin, sehingga pada hari yang sama, Liga Arab mengutuk keras kejahatan terbaru Israel ini, sembari mengingatkan bahwa pembatasan serupa pernah terjadi pada 21 Agustus 1969 silam saat terjadi kejahatan pembakaran atas Masjid Al-Aqsha oleh penganut fanatik Kristen dan Yahudi, Denis Michael Rohan,[6] yang menyebabkan mimbar peninggalan Shalahuddin al-Ayyubi terbakar habis sehingga kemudian mimbar tersebut diganti dengan mimbar baru oleh Dinasti Bani Hasyim penguasa Kerajaan Yordania. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan berdirinya OKI (Organisasi Konferensi Islam).[7]
Sesungguhnya kejahatan ini adalah bagian dari paket besar rencana Zionis Yahudi untuk menghancurkan secara perlahan Masjid Al-Aqsha dan menggantikannya dengan Kuil Solomon, sebagai bagian dari gerakan kolonialisme di era modern yang dilakukan oleh Gerakan Politik Zionisme yang didirikan oleh Theodore Herzl (1860-1904) yang bersepakat pada 27 Agustus 1897 bahwa wajib didirikan negara Yahudi di negeri Palestina bekerjasama dengan negara-negara Eropa. Sejarah mencatat bagaimana jawaban tegas Khalifah Turki Utsmani, Sultan Abdul Hamid yang membuat Herzl terdiam saat berupaya menyuap Khalifah agar mau menjual tanah Palestina dengan kompensasi semua utang negara Ottoman dilunasi kaum Yahudi:
Palestina bukanlah milikku, melainkan ia milik rakyatku. Aku sama sekali tidak mempunyai hak memperjualbelikannya. Aku juga tidak mungkin melepaskan sejengkal tanah Palestina pun, yang untuknyalah rakyatku berperang, negeri yang daratannya telah disirami darah muslimi.”[8]
Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Ingatkah kita bahwa Masjid Al-Aqsha mulai dikuasai oleh Israel sejak kekalahan perang Arab-Israel, 5 Juni 1967. Dalam kurun waktu 6 (enam) hari, pesawat tempur Mesir, Jordan dan Suriah di hangar masing-masing berhasil dihancurkan angkatan udara Israel, dan Israel berhasil menjajah wilayah Palestina yang masih tersisa: Tepi Barat (5878 km2), Gaza (363 km2), Gurun Sinai milik Mesir (61198 km2) dan dataran tinggi Golan milik Suriah (1150 km2). Pasukan tempur Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsha dan wilayah Al-Quds sembari bernyanyi:
“Musymusy dan apel … agama Muhammad berpaling dan tunggang langgang”, “Muhammad telah mati … dengan meninggalkan kaum wanita, … “Ayo kita balas kekalahan kita di Perang Khaibar.”[9]
Sejak saat itulah, negeri ilegal Israel terus melakukan ekspansi tanah jajahannya semakin luas hingga hari ini. Kebiasaan mereka yang hidup sambil mengisolasi diri dalam komunitasnya dan tidak terbiasa hidup bersama dalam komunitas beragam[10] sejatinya telah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ. Tidak heran jika kemudian pasca penguasaan mereka atas Masjid al-Aqsha, mereka pun mengklaim Tembok Ratapan sebagai tempat ibadah baru mereka dan menciptakan cara beribadah mereka yang baru di sana, dan secara sepihak membatasi kaum muslimin untuk secara bebas beribadah di wilayah Al-Aqsha. Kebiasaan mereka melahirkan rangkaian kejahatan demi kejahatan, penistaan agama demi penistaan agama sejatinya telah diingatkan Allah ﷻ dalam banyak ayatnya tentang bagaimana Yahudi merasa berat mengamalkan isi Taurat, sehingga mereka membuat kitab sendiri yang jauh dari akal sehat sebagai tandingan bagi kitab Taurat, yakni kitab Talmud, sebuah kitab yang paling berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.[11] Perhatikan firman Allah ﷻ dalam Surat Al-Jumu’ah [62] ayat 5:
مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ بِئۡسَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim
Ma’āsyiral Muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّـى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّـى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ! يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ، فَاقْتُلْهُ، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ.
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi dan membunuh mereka sehingga seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, kemudian batu dan pohon berkata, ‘Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Orang Yahudi ini di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia!” Kecuali gharqad[12], karena ia adalah pohon orang Yahudi.[13]
Akankah kita terus berdiam diri dengan alasan sibuk mengurusi urusan diri, urusan rumah tangga, urusan negeri, sementara setiap hari Zionis Yahudi memperbanyak penggalian terowongan demi terowongan tepat di bawah kiblat pertama umat Islam, Masjid Al-Aqsha, untuk meruntuhkannya?
Akankah kita terus berpura-pura menutup mata hati kita dan membiarkan Masjid warisan para Nabi dikuasai oleh tangan-tangan kotor Negeri Penjajah?
Akankah kita terus berada dalam perpecahan dengan mencari-cari alasan pembenaran bahwa persoalan Al-Aqsha adalah persoalan politik semata, bukan persoalan agama?
Apa yang terjadi hari ini semoga adalah cara Allah untuk menyatukan hati-hati kaum muslimin tidak saja di Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun juga kaum muslimin di seluruh belahan dunia. Bersatu dalam ukhuwah imaniyah, bekerjasama dan saling bahu membahu mengorbankan apapun yang kita miliki untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman Yahudi, hingga mengusir penjajah tersebut dari tanah Palestina.
Seorang ulama Pakistan, Syaikh Maulana Tariq Jamil menyampaikan pengalaman da’wahnya di negeri Jordania. Beliau pernah pergi ke daerah perbatasan Jordan-Israel. Sesampainya di daerah perbatasan, dan ketika rombongan Syaikh Maulana Tariq Jamil selesai menunaikan solat subuh disalah satu masjid di dekat perbatasan, tiba-tiba seorang tentara Israel dari luar melihat kearah dalam Masjid. Setelah melihat sebentar lalu tentara Israel itu langsung pergi. Syaikh Maulana Tariq Jamil menghampiri tentara Israel itu dan bertanya apa yang dia tadi lakukan. Ia mengatakan:
“Saya hanya ingin melihat berapa jumlah umat Islam yang hadir solat subuh di Masjid. Di dalam kitab kami tertulis “Jika diseluruh dunia jumlah umat Islam yang hadir untuk solat subuh berjama’ah di Masjid sama banyaknya dengan jumlah jama’ah Shalat Jumat, maka saat itu Israel akan hancur, tetapi ketika tadi saya lihat di masjid jumlah orang Islam yang datang untuk shalat Subuh berjama’ah masih sedikit, maka hati saya tenang, karena umat Islam tidak akan mampu mengalahkan kami.”[14]
[1] Materi dapat diunduh di situs: supraha.com
[2] Adara Relief
[3] TV7 Israel
[4] Skynews Arabia
[5] Al-Jazeera.net
[6] https://en.wikipedia.org/wiki/Denis_Michael_Rohan [Online], 21 Juli 2017.
[7] Hidayatullah
[8] Thariq as-Suwaidan, Ensiklopedi Yahudi, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2015, hlm. 292.
[9] Muhsin Muhammad Shaleh, Palestina, Sejarah, Perkembangan, dan Konspirasi, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm. 87. | Judul Asli: The Palestinian Issue: Its Background and Development up to 2000
[10] William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2006, hlm. 30.
[11] Muhammad asy-Syarqawi, Talmud, Jakarta: Sahara intisains, 2005, hlm. 18.
[12] Musnad Imam Ahmad (V/16), berkata Ibn Hajar dalam Fath al-Bari, sanadnya Hasan
[13] Berkata Imam Nawawi dalam Al-Minhaj, Syarah Muslim, bahwa Gharqad adalah semacam pohon yang berduri, terkenal di negeri al-Maqdis, dan di sanalah Dajjal dan orang-orang Yahudi akan diperangi
[14] Islampos
Kategori