Lanjut ke konten

Urgensi Seorang Muslim Mentadabburi Al-Qur’an

Tadabbur dan tadzakkur adalah bagian dari program kehidupan, arahan dari langit untuk dilaksanakan oleh setiap umat manusia. Program ini ditujukan agar manusia semakin dekat dengan Allah, semakin cerdas, dan semakin tunduk, dikarenakan selalu memperhatikan dan membandingkan antara ayat-ayat-Nya di dalam Al-Qur’ān (ayat qauliyah) dan ayat-ayatnya yang tersebar di alam semesta (ayat kauniyah). Program ini mendorong manusia melakukan uji komparasi akan kesesuaian antara yang tertulis di dalam Kitab Suci dan di Alam Semesta.

Setiap manusia yang konsisten dan fokus dalam melakukan tadabbur akan mendorong dirinya meraih salah satu gelar dari langit yakni Ulul Albāb, hamba-Nya yang selalu berfikir, hamba-Nya yang cerdas dan berakal. Jika setiap manusia sibuk dengan program tadabbur ini, maka tidak mungkin ada yang masih sempat untuk mengosongkan fikirannya, bingung karena ketiadaan agenda, sehingga akhirnya mengisi waktunya dengan kesia-siaan, bahkan lebih jauh tidak sedikit yang mengisi waktunya dengan kemaksiatan. Hal ini terjadi karena realitasnya, jika seorang manusia tidak berpikir dengan berpandukan Al-Qur’an, maka ia akan berpandukan pada selainnya, dan umumnya ia dengan mudah mengikuti hawa nafsu atau pengaruh alam sekitarnya, karena akalnya mati. Allah ﷻ ingatkan dalam surat Shād [38] ayat 29:

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

Al-Qur’ān adalah sumber hidayah, panduan kehidupan, sumber dari segala sumber ilmu, sekaligus kunci memahami ilmu di dunia. Siapapun yang membutuhkan ilmu hendaknya ia memulai mencarinya dari Al-Qur’ān. Jika Al-Qur’ān asing baginya, maka hatinya akan terkunci dari cahaya-Nya. Allāh ingatkan kembali agar manusia membuat program Tadabbur dalam kehidupannya, agar hati mereka terjaga dari ketertutupan, keterkuncian, sebagaimana firman-Nya dalam surat Muhammad [47] ayat 24:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’ān ataukah hati mereka terkunci?

Sungguh merugi manusia yang mengacuhkan keberadaan Al-Qur’an yang sejatinya mengandung jawaban dari seluruh persoalan manusia di muka bumi ini. emoga kita bukanlah kaum yang dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad yang telah menjadikan Al-Qur’āan sesuatu yang tidak diacuhkan, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Furqān [25] ayat 30:

وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوۡمِي ٱتَّخَذُواْ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ مَهۡجُورٗا
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’ān itu sesuatu yang tidak diacuhkan.

Tadabbur agar sentiasa masuk dalam program harian, agar jiwa-jiwa manusia tetap dalam keyakinan, ketenangan jiwa, dan penuh motivasi, bersatu dalam tali agama Allah. Hal ini karena seluruh yang ada dalam Al-Qur’an menguatkan harmoni dan sinergi dalam alam kehidupan ini. Mereka yang senang berpecah umumnya karena tidak pernah sempat mentadabburi Al-Qur’an, sehingga tidak pernah berada dalam keyakinan, ketenganan dan sering putus asa, dan ini di antara sindiran-Nya ﷻ dalam Surat An-Nisā [4] ayat 82:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ٱخۡتِلَٰفٗا كَثِيرٗا
Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’ān? Kalau sekiranya Al-Qur’ān itu bukan dari sisi Allāh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

Mentadabburi Al-Qur’an tidak akan pernah sia-sia. Kumpulan prinsip kehidupan ada di dalamnya untuk diketahui, bahkan sembari menyelami seluruh kandungan yang berisi panduan kehidupan yang tersedia, berdampak pula pada kesehatan jiwa dan fisik. Hal ini ditegaskan-Nya ﷻ dalam Surat Yūnus [10] ayat 57-58:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Memiliki hati yang lembut karena ketundukan kepada Allāh dan ketenangan akan kebenaran yang jelas adalah di antara tujuan program tadabbur Al-Qur’ān dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan-Nya ﷻ dalam Surat Hadīd [57] ayat 16:

أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

Membaca Al-Qur’ān yang diikuti dengan tafakkur dan tadabbur adalah hal yang sangat dianjurkan. Mengulang-ulang membaca ayat yang sedang dibutuhkan jiwa akan mengobati jiwa yang galau dan tentunya ini akan sangat bermanfaat untuknya. Allāh ﷻ memberikan arahannya dalam Surat Az-Zumar [39] ayat 23:

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qurān yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allāh, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allāh, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun.

Mereka yang memprogramkan dalam kehidupannya Taddabbur Al-Qur’ān akan terbiasa bergetar jiwanya, sehingga semakin kokoh imannya dan bertambah kuat kualitas ketawakkalannya kepada Allāh ﷻ. Orang-orang seperti inilah yang disanjung Allāh ﷻ dengan penuh kemuliaan, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Anfāl [8] ayat 2-4:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allāh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.

Memprogramkan diri untuk tadabbur Al-Qur’ān akan menghadirkan kefahaman yang mendalam, menuju kefaqihan. Seorang yang faqih di atas kefahaman, berbeda dengan mereka yang tahu tapi tidak memahami. Pemahaman akan menggerakan hati, sementara sekedar tahu dikhawatirkan hanya akan mempersepsikan kandungan Al-Qur’ān seperti beban berat yang harus dipikul. Hal yang sama pernah terjadi pada penganut Kitab Taurat. Perhatikan firman-Nya dalam surat Al-Jumu’ah [62] ayat 5:

مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ بِئۡسَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِئايَٰتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

Wallāhu a’lam bi ash-shawāb.

***

Ikuti kelas Tadabbur Al-Qur’an melalui Google Classroom, dan silahkan bergabung dengan kode kelas:

ojm91z

Pertanyaan dapat diajukan melalui: suprahawido@gmail.com, dan jawaban akan disampaikan di Channel Dialog Islami: https://chat.whatsapp.com/IFvHr8kiLHuBtmuIZDc8Tj
__
💠 Facebook: facebook.com/wido.supraha
📷 Instagram: instagram.com/supraha
🐦 Twitter: twitter.com/supraha
📠 Telegram: telegram.me/supraha
🎥 Youtube: youtube.com/supraha

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: