Soal 28: Bolehkah berkurban diniatkan untuk yang sudah wafat?
๐ Hukum berkurban yang diniatkan untuk yang sudah wafat
๐ฌ PERTANYAAN
Apa hukumnya kita korban lembu diniatkan untukk yg sdh meninggal..apa boleh?
๐ JAWABAN
Assalamu โalaikum warahmatullah,
Berkurban lembu yang diniatkan agar pahalanya mengalir untuk yang sudah meninggal memiliki kesamaan dengan bentuk sedekah jariyah. Hal ini karena manfaatnya juga untuk mereka yang mendapatkan bagian dari daging kurban tersebut.
Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad dari Abu Hurairah r.a.:
ุฅูุฐูุง ู ูุงุชู ุงูุจููู ุขุฏูู ู ุงูููููุทูุนู ุนูู ููููู ุฅููุงูู ู ููู ุซููุงูุซู: ุตูุฏูููุฉู ุฌูุงุฑูููุฉูุ ุฃููู ุนูููู ู ููููุชูููุนู ุจูููุ ุฃููู ููููุฏู ุตูุงููุญู ููุฏูุนูู ูููู
โJika manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.โ
Namun begitu, perlu dipahami bahwa para ulama berbeda pada 2 (dua) pandangan terkait hal ini. Pertama, pendapat yang hanya membolehkan jika ada wasiat dari yang meninggal sebelumnya. Kedua, pendapat yang membolehkan secara mutlak baik adanya wasiat ataupun tidak.
Pendapat pertama merujuk pada firman Allah SWT dalam Surat An-Najm ayat 39:
ููุฃููู ููููุณู ููููุฅูููุณูุงูู ุฅููููุง ู ูุง ุณูุนูู
โDan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.โ
Berkata Imam an-Nawawi (1813-1897 M) rahimahullahu Taโala dalam Minhaj ath-Thalibin (3/333):
ููููุง ุชูุถูุญูููุฉู ุนููู ุงููุบูููุฑู ุจูุบูููุฑู ุฅุฐูููููุ ููููุง ุนููู ุงููู ููููุชู ุฅุฐูุง ููู ู ูููุตู ุจูููุง
โTidak sah qurban untuk orang lain selain dengan izinnya. Tidak sah pula qurban untuk mayit jika ia tidak memberi wasiat untuk qurban tersebut.โ
Pendapat senada disampaikan oleh Imam Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul Muโmin al-Hishni ad-Dimasyqi. dalam Kifรขyatul-Akhyรขr fi Halli al-Fรขzhi Ghรขyatil-Ikhtishรขr (1351-1426 M), hlm. 579:
ูููุงู ููุฌูููุฒู ุนููู ุงูู ูููุชู ุนูููู ุงูุฃูุตูุญูู ุฅููุงูู ุฃููู ููููุตูู ุจูููุง
โTidak boleh qurban itu diniatkan atas nama mayit menurut pendapat yang paling kuat dari pendapat ulama Syafiโiyah. Dibolehkan hanya ketika ada wasiat.โ
Pendapat pertama ini juga tidak menyamakan kurban dengan sedekah, karena dalam kurban terdapat unsur menebus diri (pengorbanan) dari yang berkurban saat dia masih hidup. Syaikh Mahfudz at-Tarmasi (1868-1920 M) menulis dalam Mauhibah Dzi al-Fadl hlm. 693:
ูููุงูููุถูุญููู ุฃูุญูุฏู ุนููู ู ูููุชู ููู ู ููููุตู ููู ูุง ู ูุฑูู ููููุฑูููู ุจูููููููุง ููุจููููู ุงูุตููุฏูููุฉู ุจูุฃููููููุง ุชูุดูุจููู ุงููููุฏูุงุกู ุนููู ุงููููููุณู ููุชููููููููุชู ุนูููู ุงููุฅูุฐููู ุจูุฎููุงููู ุงูุตููุฏูููุฉู ููู ููู ุซูู ูู ูุงูููููุนูููููุง ููุงุฑูุซู ููุฃูุฌูููุจูููู ุนููู ุงููู ููููุชู ููุฅููู ููุฌูุจูุชู ุจูุฎููุงููู ููุญููู ุญูุฌูู ููุฒูููุงุฉู ููููููุงุฑูุฉู ููุฃูููู ูุฐููู ูุงู ููุฏูุงุกู ููููููุง ููุฃูุดูุจูููุชู ุงููู ูุฏููููููู ูููุงู ููุฐูููู ุงูุชููุถูุญููููุฉู
Artinya: โSeseorang tidak boleh berqurban dari mayit yang tidak berwasiat karena alasan yang telah disebutkan. Ia dan shodaqoh dibedakan dengan; bahwa berqurban menyerupai fidaโ (penebusan) diri, maka terkait dengan izin, berbeda dengan shodaqoh. Oleh karenanya, ahli waris dan orang lain tidak boleh menggantikannya, walaupun qurban wajib. Berbeda dengan semisal haji, zakat, dan kafarat, karena di dalamnya tidak terdapat unsur fidaโ. Hal-hal ini menyerupai hutang, sedangkan berqurban tidak.โ
Pendapat kedua membolehkan secara mutlak, khususnya dalam madzhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali.
Disebutkan dalam Al-Mawsuโah al-Fiqhiyyah (5:106-107):
ุฅูุฐูุง ุฃูููุตูู ุงููู ููููุชู ุจูุงูุชููุถูุญูููุฉู ุนูููููุ ุฃููู ูููููู ููููููุง ููุฐููููู ุฌูุงุฒู ุจูุงูุงูุชููููุงูู. ููุฅููู ููุงููุชู ููุงุฌูุจูุฉู ุจูุงููููุฐูุฑู ููุบูููุฑููู ููุฌูุจู ุนูููู ุงููููุงุฑูุซู ุฅูููููุงุฐู ุฐููููู. ุฃูู ููุง ุฅูุฐูุง ููู ู ูููุตู ุจูููุงููุฃูุฑูุงุฏู ุงููููุงุฑูุซู ุฃููู ุบูููุฑููู ุฃููู ููุถูุญูููู ุนููููู ู ููู ู ูุงู ููููุณูููุ ููุฐูููุจู ุงููุญููููููููุฉู ููุงููู ูุงูููููููุฉู ููุงููุญูููุงุจูููุฉู ุฅูููู ุฌูููุงุฒู ุงูุชููุถูุญูููุฉู ุนูููููุ ุฅููุงูู ุฃูููู ุงููู ูุงูููููููุฉู ุฃูุฌูุงุฒููุง ุฐููููู ู ูุนู ุงููููุฑูุงููุฉู. ููุฅููููู ูุง ุฃูุฌูุงุฒูููู ููุฃูููู ุงููู ูููุชู ูุงู ููู ูููุนู ุงูุชููููุฑููุจู ุนููู ุงููู ููููุชู ููู ูุง ููู ุงูุตููุฏูููุฉู ููุงููุญูุฌูู
โAdapun jika (orang yang telah meninggal dunia) belum pernah berwasiat untuk qurban kemudian ahli waris atau orang lain menunaikan qurban orang yang telah meninggal dunia tersebut dari hartanya sendiri, maka menurut pendapat dalam madzhab Hanafiyyah, Malikiyyah, dan Hambali memperbolehkannya. Hanya saja menurut mazhab Malikiyyah boleh, tetapi makruh. Alasan mereka adalah karena kematian tidak bisa menghalangi orang yang meninggal dunia untuk ber-taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah sebagaimana dalam sedekah dan ibadah haji.โ
Disebutkan pula dalam al-Majmuโ Syarh al-Muhadzdzab (8/406):
ูููู ุถูุญููู ุนููู ุบูููุฑููู ุจูุบูููุฑูุฅุฐููููู ููู ู ููููุนู ุนููููู (ููุฃูู ููุง) ุงูุชููุถูุญูููุฉู ุนููู ุงููู ููููุชู ููููุฏู ุฃูุทููููู ุฃูุจููุงููุญูุณููู ุงููุนูุจููุงุฏูููู ุฌูููุงุฒูููุง ููุฃููููููุง ุถูุฑูุจู ู ููู ุงูุตููุฏูููุฉู ููุงูุตููุฏูููุฉู ุชูุตูุญูู ุนููู ุงููู ููููุชู ููุชูููููุนู ููููุชูุตููู ุฅูููููู ุจูุงููุฅูุฌูู ูุงุนู
โSeandainya seseorang berkurban untuk orang lain tanpa seizinnya maka tidak bisa. Adapun berkurban untuk orang yang sudah meninggal dunia maka Abu Al-Hasan Al-Abbadi memperbolehkannya secara mutlak karena termasuk sedekah. Padahal, sedekah untuk orang yang telah meninggal dunia itu sah, bermanfaat untuknya, dan pahalanya bisa sampai kepadanya sebagaimana ketetapan ijmak para ulama.โ
Dituliskan pula dalam Hasyiyyah โUmairoh (6/256):
ููููุงูู ุงูุฑููุงููุนูููู : ููููููุจูุบูู ุฃููู ููููุนู ูููู ููุฅููู ููู ู ูููุตู ููุฃููููููุง ุถูุฑูุจู ู ููู ุงูุตููุฏูููุฉู ููุญููููู ุนููู ุฃูุจูู ุงููุนูุจููุงุณู ุงูุณููุฑููุงุฌู ุดูููุฎู ุงููุจูุฎูุงุฑูููู ุฃูููููู ุฎูุชูู ู ุนููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฃูููุซูุฑู ู ููู ุนูุดูุฑูุฉู ุขููุงูู ุฎูุชูู ูุฉู ููุถูุญููู ุนููููู ู ูุซููู ุฐููููู
“Dan ar-Rofiโi berpandapat: ‘Seyogyanya berqurban dari mayit berhasil baginya, walaupun ia tidak berwasiat, karena ia termasuk varian shodaqoh. Diceritakan dari Abu Al-Abbas As-Sarroj, guru Al-Bukhori, bahwa sungguh ia menghatamkan Al-Quran bagi Rosulullah SAW lebih dari sepuluh ribu kali dan berqurban baginya dengan sebandingnya'”.
Maka berdasarkan dua pandangan di atas, kami menyimpulkan:
- Jumhur ulama membolehkan berqurban bagi mayit karena dianggap bagian dari sedekah jariyah;
- Dibolehkan pula pekurban berkurban atas nama dirinya, dan kemudian mengikutkan pahala berkurban pada nama-nama dari kalangan keluarganya yang telah wafat.
Demikian, semoga menjadi wawasan bagi penanya. Wallaahu waliyyutttaufiq,
WidoSupraha.Com
โซ๏ธ Web: WidoSupraha.Com
โซ๏ธ Telegram: t.me/supraha
โซ๏ธ FB: fb.com/suprahawido
โซ๏ธ IG: instagram.com/supraha
โซ๏ธ Twitter: twitter.com/supraha
โซ๏ธ YouTube: youtube.com/supraha
โซ๏ธ WA: https://chat.whatsapp.com/IRr5xEgVz5DBcxftSG0Pyp
Admin: wa.me/6287726541098
Kelas Tadabbur: https://chat.whatsapp.com/FGjMoRerWdhJPkC90zIRen
Dialog Iman: https://chat.whatsapp.com/IJB9zrfcYhR0AijTO7aTk3
Kategori