Melestarikan Amaliyah Ramadhan Menuju Syafa’at

Wido Supraha, M.Si.[1]
Disampaikan dalam Khutbah Jum’at di Masjid Syuhada, Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Depok
إن الحمد لله ، نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله ، وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله
والصلاة والسلام على محمد بن عبد الله خاتم الأنبياء والمرسلين وآله وصحبه أجمعين ، والذين تبعوهم بإحسان إلى يوم الدين
فَيَا عِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُواْ اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أما بعد : فإن خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل بدعة ضلالة (وكل ضلالة في النار) [2]
Ma’asyiral muslimîn rahîmakumullâh,
Bulan Ramadhan tahun ini telah berlalu. Kita semua adalah alumnus Universitas Ramadhan, walhamdulillâh. Tentunya, sebagai alumnus ditambah nikmat umur yang ditambahkan, kita dituntut untuk melanjutkan kebiasaan baik yang telah secara rutin kita kerjakan, dan mengamalkan ilmu dan hikmah yang kita dapatkan di dalam Universitas tersebut. Sertifikat ketaqwaan diberikan hanya kepada pribadi muslim sejati. Muslim yang tidak mengenal Islam musiman, Muslim yang hanya mengenal Islam yang universal dan komprehensif, dimanapun ia berada, sepanjang masa, Islam senantiasa menjadi rujukan dan pedoman hidupnya, dengan membuang jauh-jauh segala rujukan di luar Islam untuk menjadi pedoman hidup. Yakinlah, dengan melestarikan seluruh amaliyah Ramadhan kemarin, dengan penuh kesungguhan, keikhlasan mengharapkan ridho Allah SWT, kita akan mendapatkan syafa’at kelak di Hari Akhir. Syafa’at yang akan menolong kita kepada derajat yang lebih baik disisi Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalâlah.
Ma’asyiral muslimîn rahîmakumullâh,
Syafa’at bermakna permohonan untuk dima’afkannya dosa-dosa dan perbuatan jahat[3], sebuah permohonan kebaikan bagi orang lain[4]. Dengan kata lain, syafa’at adalah berperantara kepada orang lain untuk memperoleh manfa’at atau menolak mudharat[5]. Lafazh Syafa’at dan segala bentuk perubahannya dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 26 (dua puluh enam) kali. Sebagian besar ayat-ayat dalam masalah ini berbicara tentang syafa’at di akhirat, yang keseluruhannya merupakan ta’kîd (konfirmasi) terhadap syarat-syaratnya dan penafiannya dari orang-orang yang tidak berhak. Tentu kita berharap, agar kita termasuk dalam golongan yang berhak mendapatkannya dengan berperantara melalui Nabi Muhammad Saw., dikala semua Nabi, baik Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa tidak sanggup memberikan syafaatnya kecuali kepada golongan umatnya saja dan urusan dirinya masing-masing ‘alaihimussalâm. Maka semoga kita masuk dalam bagian yang tercakup dalam permohonan syafa’at Nabi Muhammad Saw tatkala beliau bersujud di bawah ‘Arsy-Nya Allah Swt., Amîn Yâ Rabbal ‘âlamîn.
Ma’asyiral muslimîn rahîmakumullâh,
Sebagai bagian ikhtiar kita di dalam meraih syafa’at kelak di Yaumil Akhir, maka sekurangnya, amaliyah Ramadhan yang telah kita biasakan selama satu bulan penuh kemarin dapat kita lanjutkan di bulan-bulan berikutnya. Maka lahirlah kiat-kiat yang perlu kita perhatikan guna meraih syafaat,
- 1. Bertauhid dan Mengikhlaskan Ibadah hanya kepada Allah
Ramadhan benar-benar telah mengajarkan kepada kita untuk beramal hanya untuk Allah. Tidak ada yang mengetahui kualitas puasa kita kecuali Allah saja. Maka benarlah ketika Allah mengatakan dalam sebuah Hadits Qudsi[6],
الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Maka jagalah keikhlasan kita di satu sisi, dan jagalah keimanan kita agar tidak tergelincir dalam kesyirikan, kemunafikan, dan kesesatan. Oleh karenanya, ketika Nabi ditanya oleh Abu Hurairah r.a.[7], “Siapa yang paling menikmati syafa’atmu di hari Kiamat kelak?”
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ
- 2. Membaca al-Qur’ân al-Karîm
Ramadhan telah memberikan kebiasaan baru bagi Umat Islam dengan aktivitas seperti tadarus al-Qur’ân, mengkaji al-Qur’ân, dan membuat kita lebih dekat dengan al-Qur’ân. Sungguh, Rasulullâh Saw. telah bersabda[8],
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا
- 3. Puasa
Marilah kita lanjutkan kebiasaan kita dalam berpuasa, karena puasa juga mampu memberikan syafa’at kepada kita pada hari Kiamat, sebagaimana sabda Nabi Saw. [9],
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
Adapun di bulan Syawal ini, hendaknya seluruh kaum muslimin menyempurnakan Ibadah Puasa Ramadhan dengan berpuasa 6 (enam) hari pada waktu yang disukai di bulan ini agar mendapatkan keutamaan sebagaimana puasa 1 (satu) tahun penuh.
- 4. Mengamalkan Do’a setelah Adzan
Telah datang berita kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.[10], “Barangsiapa yang di saat mendengar suara adzan mengucapkan,
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
‘Ya Allah, Rabb pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan, karuniakanlah wasilah dan keutamaan kepada Muhammad, dan angkatlah ia pada kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya,’ niscaya ia mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat kelak.”
- 5. Bershalawat atas Nabi Muhammad
Hendaknya kita senang bershalawat atas Nabi tercinta kita Saw. sebanyak-banyaknya sebagai wujud kecintaan kita kepada beliau. Rasulullah Saw. telah bersabda,
“Barangsiapa yang bershalawat kepada Muhammad dan mengucapkan,
اللهم أنزله المقعد المقرب عندك يوم القيامة
‘Ya Allah, dudukkanlah ia pada tempat duduk yang didekatkan di sisi-Mu pada hari Kiamat,’ maka syafa’atku pasti baginya.”[11]
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku ketika masuk waktu pagi sepuluh kali, dan ketika masuk waktu sore sepuluh kali, niscaya ia diliputi oleh syafa’atku pada hari Kiamat kelak.”[12]
“Manusia yang paling berhak denganku di hari Kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku.”[13]
- 6. Shalat Jama’ah Kaum Muslimin terhadap Jenazah Muslim
Beruntunglah jenazah seorang muslim yang dishalatkan oleh jama’ah kaum muslimin, dimana 100 orang dari mereka memberikannya syafa’at, dan 40 orang dari mereka bertauhid lurus. Dalam hal ini, Nabi Saw. telah bersabda,[14]
مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلَّا شُفِّعُوا فِيهِ
Beliau Saw. pun telah bersabda,[15]
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ
- 7. Memperbanyak Sujud
Imam Nawawi ketika mensyarahkan Shahih Muslim mengatakan bahwa sujud yang dimaksud dalam hal ini adalah sujud ketika shalat. Sujud merupakan ungkapan puncak kerendahan hati dan penghambaan kepada Allah Swt. Hanya dalam sujudlah, ditempatkan anggota tubuh yang paling mulia dan paling tinggi, yaitu wajahnya ke tanah yang biasa diinjak dan dihinakan. Demikianlah alasan mengapa ketika Nabi Saw. diminta oleh pembantunya untuk memberikannya syafa’at, memberikan kiat,[16]
إِمَّا لَا فَأَعِنِّي بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
- 8. Tinggal di Madinah an-Nabawiyah dan Sabar atas berbagai kesulitannya serta meninggal di dalamnya
Betapapun serbuan musuh mengepung kota Madinah, betapapun harga-harga kebutuhan pokok di dalamnya meninggi karenanya, maka bersabar dan menahan diri sehingga ia wafat di kota tersebut memiliki keutamaan tersendiri bagi kaum Muslimin, khususnya penduduk Kota Madinah. Semangat itu telah pula dicontohkan para sahabat ketika terjadi tragedi al-Harrah yang menodai kesucian kota tersebut. Hal ini dikarenakan Rasulullah Saw. telah bersabda,[17]
لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَوْ شَهِيدًا
Beliau Saw. pun telah bersabda,[18]
مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا
Demikian khutbah ini saya sampaikan dengan meyakini bahwa syafa’at adalah sesuatu yang pasti, dan seluruh kaum muslimin hendaknya bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, karena dengannyalah para pelaku dosa dari kaum bertauhid akan diangkat dari Neraka menuju Surga, dengannyalah kaum shalihin terangkat derajatnya di Surga bahwa masuk ke dalam Surga tanpa hisab. Ya Allah jadikanlah kami termasuk di dalamnya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالْحِكْمَةِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
***
Khutbah ke-2
الحمد لله الواحد القهار ، العزيز الغفار ، مقدر الأقدار ، مصرف الأمور ، مكور الليل على النهار ، تبصرة لذولي القلوب والأبصار ، الذي أيقظ من خلقه ومن اصطفاه
وأشهد أن لا إله إلا الله العظيم ، الواحد الصمد العزيز الحكيم ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، وصفيه وحبيبه وخليله ، أفضل المخلوقين ، وأكرم السابقين واللاحقين ، صلوات الله وسلامه عليه وعلى سائر النبيين ، وآل كل وسائر الصالحين
إن الله وملآئكته يصلون على النبي ، يآ أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.
اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين
Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
اللهم فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ العالمين
Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ
عبادالله : إنَّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلَّكم تذكرون
wido.supraha@yahoo.com.sg
[1] Mahasiswa Doktoral Tarbiyah Islamiyah Universitas Ibn Khaldun, Bogor.
[2] انظر: خطبة الحاجة التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمها أصحابه، للعلامة محمد ناصر الدين الألباني، ص3-35.
[3] Majduddin al-Mubarak bin Muhammad al-Jazari Ibnul Atsir, an-Nihaayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, Darul Fikr, 1399 H, Cet. II, hlm. 485.
[4] Muhammad bin Ahmad as-Safarini, as-Safarini, Lawaami’ul Anwar al-Bahiyyah wa Sawaathi’il Asraar al-Atsariyyah li Syarh ad-Durratil Mudhiyyah fi ‘Aqdil Firqah al-Mardhiyyah, Damaskus, 1402 H, Cet. II., hlm. 204.
[5] Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Syarh Lum’atil I’tiqad al-Hadi ila Sabilir Rasyad, Suria: Muassasah ar-Risaalah, 1403 H, Cet. I, hlm. 128.
[6] HR. Nasa’i, Bab Keutamaan Puasa dan Perbedaan pada Abu Ishaq tentang Hadits Ali, No. 2182
[7] HR. Bukhari, Kitab al-‘Ilm, Bab al-Hirshu ‘alal Hadiits.
[8] HR. Muslim, Kitab Shalatul Musafirin, Bab Fadhlu Qira-atil Qur’an wa Suratil Baqarah, No. 1337
[9] HR. Ahmad, Musnad Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash r.a., No. 6337
[10] HR. Bukhari, Kitab al-Adzan, Bab ad-Du’a ‘indan Nida’, No. 579
[11] HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (II/395)
[12] HR. ath-Thabrani dalam Majma’uz Zawaid
[13] HR. at-Tirmidzi, kitab ash-Shalah, Bab Ma Ja-a fi fadhlish Shalah ‘ala Nabiy.
[14] HR. Muslim, Kitab al-Janaiz, Bab Man Shalla ‘alaihi Mi-atan Syuffi’u fihi.
[15] Ibid.
[16] HR. Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab Fadhlus Sujud wal Hatstsu ‘alaihi.
[17] HR. Muslim, Kitab al-Hajj, Bab at-Targhib fi Suknal Madinah wash Shabri ‘ala La’wa-iha
[18] HR. Tirmidzi, Kitab al-Manaqib, Bab Fahdlul Madinah
Kategori