Resume Kajian : Aku Ingin Berhijrah

SALIMUNJ – Imam Ibnu Arabi berpendapat , hijrah memiliki arti yang luas, yang tujuannya yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hijrah di sini juga memiliki banyak makna, yaitu dapat berarti, memutuskan, meninggalkan, dan menjauhi segala sesuatu dengan perbuatan dan hati. Dan, hijrah dapat juga diartikan menyendiri.
Di dalam Al-Quran, hijrah juga dapat diartikan berpindah antarnegeri. Hal ini berkaitan dengan hijrah Nabi Muhammad Saw dari negeri yang satu ke negeri yang lainnya dalam menyebarkan dakwah, yang seringkali mendapatkan penolakan, ejekan, dan hinaan dari orang-orang kafir.
Seperti yang tertuang dalam surat Al-Furqan ayat 30, “Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadiakan Al-Quran ini diabaikan”. Dan juga di Al-Quran dikatakan bahwa “Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, “sesungguhnya aku harus berpindah (hijrah) ke (tempat yang diperintahkan Allah) Tuhan-ku, sungguh Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Q.S. Al-Ankabut: 26).
Hijrah juga mememiliki beberapa arti, yang pertama adalah bergeraknya manusia dari negeri kafir menuju negeri Islam. Yang kedua, hijrah dilakukan dari negeri yang penuh kezholiman menuju negeri yang di dalamnya tegak akan keadilan.
Setiap manusia yang berhijrah di jalan Allah SWT maka hijrah ini harus diniatkan benar-benar hanya untuk Allah SWT Janganlah kita melakukan hijrah demi sesuatu yang lain, niatkanlah hijrah hanya untuk Allah SWT bukan untuk orangtua, apalagi untuk seorang ikhwan atau akhwat yang kita cintai. Jika kita berhijrah karena Allah SWT, maka kita akan merasakan kebahagiaan dan kelapangan yang sangat luas, tidak ada kekecewaan di dalamnya karena segalanya telah diniatkan lillahi ta’ala. Maka dari itu, senantiasa kita memperbarui niat hijrah kita hanya karena Allah SWT dan Rasulnya. Karena janji Allah sangat indah bagi orang-orang yang berhijrah kepadanya.
Janji-janji Allah SWT bagi mereka yang telah berhijrah, yaitu:
1. Mendapatkan keluasan rizki
2. Dihapuskan amal buruknya pada saat sebelum melakukan hijrah
3. Dijanjikan ketinggian derajat dan dimasukkan ke dalam syurga
4. Kemenangan yang besar, yaitu mendapatkan ridho Allah SWT
Hijrah adalah kerinduan, cinta, dan pengharapan akan keridhoan Allah SWT. Hijrah memang perbuatan yang tidak mudah dilakukan, banyak lika-liku ujian yang harus kita lewati ketika sedang berhijrah. Karena segala perbuatan yang kita lakukan sekarang, berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan yang telah kita lakukan sebelumnya. Hijrah merupakan perbuatan yang tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, dan dilakukan hanya pada orang-orang yang memiliki jiwa optimis dan keimanan yang kokoh.
Akan tetapi, dalam melakukan hijrah ini, maka seseorang itu akan dipertanyakan keistiqomahannya dalam melakukan hijrah. Hijrah merupakan perbuatan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Maka untuk mencapai kemuliaan hijrah ini, diperlukan jiwa istiqomah yang kuat dalam menjalankannya. Hijrah memiliki banyak sekali keutamaan-keutamaan di dalamnya, oleh karena itu, keistiqomahan kita dalam berhijrah akan terbayar dengan keutamaan-keutamaan tersebut. Berikut ini adalah 6 (enam) keutamaan hijrah, yaitu:
Orang-orang yang berhijrah akan disanjung oleh Allah SWT. Orang yang berhijrah merupakan orang yang ikhlas, benar, dan dialah penolong Allah dan Rasul-Nya.
Orang-orang yang berhijrah, disebut sebagai orang-orang yang sabar dan tawakkal. “Dan orang yang berhijrah kepada Allah setelah mereka dizhalimi, pasti kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui. – (yaitu) Orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal” (Q.S. An-Nahl : 41-42).
Orang-orang yang berhijrah, dialah seorang mujahid nan penuh harap. “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah: 218).
Orang-orang yang berhijrah, dialah orang yang penuh iman dan amal.
Bagi orang yang berhijrah, maka akan mendapatkan ketinggian derajat yang luar biasa dan dialah yang menjadi pemenang. Di dalam surat At-Taubah ayat 20 dikatakan bahwa “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan”.
Orang-orang yang berhijrah memiliki iman yang sebenarnya, mereka adalah para muhajirin. “ Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia” (Q.S. Al-Anfal: 74).
Namun, bagaimana dengan orang-orang yang tidak melakukan hijrah padahal mereka mampu melakukannya dengan dukungan memiliki tubuh yang masih gagah, sehat dan kuat tanpa alasan yang membuat mereka tidak dapat melakukan hijrah? Maka mereka itu akan mendapatkan balasan dari Allah berupa: 1) Orang tersebut tidak akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. “Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-temanmu, sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong” (Q.S. An-Nisa: 89). 2) Mereka akan ditempatkan di seburuk-buruknya tempat kembali.
Lalu, apakah kita ingin menjadi generasi terdepan dalam melakukan hijrah, atau menjadi generasi hijrah yang terbelakang?. Maka jangan tunda-tunda waktu kita untuk berhijrah, lekaslah berhijrah agar kita semua termasuk golongan atau generasi terdepan dalam berhijrah. Semoga kita semua termasuk ke dalam generasi terdepan dan istiqomah dalam berhijrah. Aamiin.
Siti Amelia Rochmah
Mahasiswi FIS UNJ 2013
*catatan kajian sirah nabawi pada 1 Maret 2016 dengan narasumber Ust. Wido Supraha