Zuhd, Sebuah Renungan atas Nasihat Imam al-Ghazali

*Ya ikhwati fi ad-dīn rahimanī wa rahīmakumullah*
Zuhud menjadi tema penting bagi ulama karena dengannya kehendak manusia atas dunia menjadi selalu terencana penuh untuk hidup sesudah kematiannya. Hakikat dari perintah Nabi Saw ini sejatinya adalah menjauhkan dunia dari hati, dasarnya adalah cahaya ilmu yang melapangkan dada, sehingga berbuah kepuasan atas dunia sekedar kebutuhannya selaku pengendara yang pasti membutuhkan bekal. Begitu pentingnya, sehingga al-Imam al-Ghazali menuliskan materi ini dalam al-Arba’in fi Ushul ad-Din, juga dalam Ihya’ tentunya.
*Ya ikhwati fi ad-dīn rahimanī wa rahīmakumullah*
Zuhud mengingatkan manusia bahwa dalam perjalanan hidup sangat membutuhkan bekal, dan selalu jika berbicara bekal tidak jauh dari 4 (empat) perkara: tempat tinggal, pakaian, makanan dan perlengkapan rumah. Keempat bekal itu hendaknya memiliki takaran. Sejatinya tanpa ditakar pun tetap ternyata ada batasan maksimum takaran puncak dalam pencarian kebahagiaan, karena memang kebahagiaan bukan terletak pada keempatnya.
*Ya ikhwati fi ad-dīn rahimanī wa rahīmakumullah*
Zuhud sedemikian pentingnya sehingga Allah Jalla Jalāluh melarang mata kita melihat apa yang dimiliki orang lain dari dunia, karena itu sekedar bunga-bunga dunia sebagai ujian, bukan karunia. Lihat Q.S. Thāha ayat 131. Namun begitu zuhud tetap sebuah pilihan kehidupan, dan Allah Jalla Jalāluh akan memberikan apa saja kehendak manusia. Maka perhatikanlah kehendak kita, karuniakah atau ujian. Lihat Q.S. asy-Syūra ayat 20.
*Ya ikhwati fi ad-dīn rahimanī wa rahīmakumullah*
Zuhud memberikan kesadaran pada manusia bahwa sebanyak apapun harta yang dimiliki di dunia, itu bukanlah keberuntungan. Lalu apakah keberuntungan itu? Ya, itulah ilmu. Lihat Q.S. al-Qashash ayat 79-80. Selalunya manusia memikirkan akhirat ternyata justru mendekatkan dunia, sementara selalunya manusia memikirkan dunia, ternyata yang dipikirkannya seringkali semakin menjauh. Maka raihlah asy-syarhu, yakni masuknya cahaya yang menjadikan hati luas dan lapang.
*Ya ikhwati fi ad-dīn rahimanī wa rahīmakumullah*
Zuhud bukanlah sekedar pola hidup saja atau cara pandang hati terhadap dunia saja, namun zuhud adalah kesamaan gabungan keduanya. Zuhud tidak berkorelasi positif dengan kemiskinan, karena keduanya memang berbeda. Namun ketika Nabi Saw., memerintahkan manusia hidup zuhud, maka marilah kita amalkan, dan itu diawali dengan niat yang bersih karena Allah Jalla Jalāluh, sekaligus memilih pola hidup atas dunia sekedar sesuai kebutuhannya saja.
*Ya ikhwati fi ad-dīn rahimanī wa rahīmakumullah*
Mungkin inilah pengantar pembahasan tentang Zuhd, semoga dimudahkan bagi kita semuanya dalam menegakkan Sunnah Nabi Saw.
Kategori