Wido Supraha : Mencari Titik Temu Dalam Forum Tatap Muka, Bukan Di Grup Whatsapp

Jakarta, Jurnalpublik.com – Beberapa waktu lalu ramai diberitakan mengenai pengajian yang dihadiri oleh Felix Siauw yang dibubarkan oleh GP Ansor di Jatim, bagaimana sikap dari Forum Ukhuwah Ormas Pemuda Islam MUI? simak wawancara Jurnal Publik (Zahra) bersama Wido Supraha selaku Penanggung Jawab Forum Silaturahim Ormas Pemuda Islam MUI berikut :
Jurnal Publik : Pak Wido Apa Kabar ?
Wido Supraha : Alhamdulillah baik (tersenyum) , wah ini zahra yang juga ada di Grup Forum Pemuda Islam MUI ya ?
Jurnal Publik : Betul pak, oiya Pak Wido, saya ingin mengkonfirmasi terkait soal pembubaran paksa kajian yang dihadiri Felix Siaw oleh GP Ansor beberapa waktu yang lalu. Bagaimana tanggapan Pak Wido ?
Wido Supraha : Saya kira pertama, ini diperlukan pertemuan berkala secara reguler diantara ormas pemuda islam yang berbeda – beda , karena pemuda mungkin memiliki strategi khusus masing – masing. Niatan mereka mungkin baik, namun caranya saja yang perlu disejajarkan. Diantara Ormas Islam jangan saling menjatuhkan, tapi seharusnya saling beraliansi strategis meski langkahnya mungkin berbeda – beda. Jika memang ada aktivitas ormas pemuda yang kira – kira berdampak negatif untuk islam secara keseluruhan.sebaiknya dpt diminmalisir, sehingga jangan sampai dikesankan kita tidak menolak aktivitas yang bertentangan dengan aktivitas islam, Misalkan, banser tidak menolak event – event yang bermuatan amoralitas , tapi justru ketika ada event yang berkaitan dengan pengajian dan dakwah, menjadi sangat garang, maka ini harus kita diskusikan.
Jurnal Publik : Sejauh ini bagaimana komunikasi antara forum ukhuwah ormas pemuda islam MUI dengan GP Ansor itu sendiri ?
Wido Supraha : Ketua GP Ansor itu kan ada didalam grup ukhuwah pemuda MUI, terjadi diskusi diantara mereka, namun untuk hal ini saya tidak menyetujui diskusi dilakukan didalam grup whatsapp, karena akan terjadi distorsi. Maka nanti secara berkala kita akan undangn mereka langsung untuk berdiskusi tatap muka dalam nuansa ukhuwah akan lebih terasa nilainya. Semakin sering kita duduk bersama untuk bicara, maka InsyaAllah akan muncul titik titik temu diantara langkah – langkah dakwah yang berbeda – beda ini. Forum ukhuwah ormas pemuda islam sudah beberapa kali melakukan pertemuan, setelah ini kami juga akan melakukan pertemuan di kantor MUI untuk membicarakan langkah strategis pada isu yang terbaru ini.
Jurnal Publik : Ya, soal aliran kepercayaan itu pak.
Wido Supraha : Betul, soal MK yang mengabulkan aliran kepercayaan. Hal ini perlu dijawaban oleh ormas pemuda islam.
Jurnal Publik : Mengenai aliran kepercayaan ini, bagaimana tanggapan dari Pak Wido ?
Wido Supraha : Menurut saya ini langkah mundur dari yang seharusnya kita menyempurnakan dakwah wali songo. Karena di zaman Soeharto, aliran kepercayaan ini sudah diminimalisir dibawah pembinaan tiap agama. Merajut ukhuwah antar penganut agama saja masih menjadi PR besar yang sampai sekarang belum terlalu matang, dan sekarang ada 187 aliran kepercayaan yang kita harus siap berkompromi dengan mereka. Dan pemerintah harus siap memberikan fasilitas untuk mereka, misal pernikahan antar aliran kepercayaan , bahkan antar agama dan aliran kepercayaan, ini turunan teknisnya akan sangat banyaak dan manusia itu kreatif, semakin terbuka kesempatan untuk membuat aliran sendiri.
Jurnal Publik : Sebetulnya skema Aliran Kepercayaan itu sendiri bagaimana pak ?
Wido Supraha : Aliran kepercayaan ini kan buatan manusia, bukan turun dari langit. Dia adalah keyakinan yang dibuat oleh manusia, lahir oleh sejarah dan dibesarkan oleh budaya,maka kemudian akan ada banyak manusia yang membuat aliran – aliran lain, maka atas dasar itu kita perlu bertannya apa posisi kita nanti dengan Lia eden, dan seterusnya, dan jika kita mengkaji referensi kitab kitab mereka misal kitab darmogandul, maka akan terdapat hal yang membuat konfrontasi dengan islam. Ini kan menjadi kontraproduktif dengan upaya persatuan. Padahal, tugas pemerintah adalah membuat orang yang beragama menjadi memilih salah satu dari dari agama, ujung – ujungnya apa yang kita khawatirkan? atheis, sehingga bertentangan dengan pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Jurnal Publik : Baik, kembali lagi pada persoalan Ormas, sebenarnya apa sih akar dari konflik antar ormas, dalam hal ini saya contohkan kelompok NU dengan gerakan lain yang mungkin bisa disebut sebagai transnasional.
Wido Supraha : Saya pernah menulis soal transnasional, yang dinamakan pemikiran itu tidak mengenal batas teritori, islam sendiri sebenarnya adalah transnasional, kristen transnasional, Budha transnasional, dan seterusnya. jadi persoalannya bukan pada transnasional itu sendiri, tapi ada pada bagaimana kita mampu berkompromi kepada agama – agama yang sudah disepakati oleh bapak – bapak bangsa kita.
Jurnal Publik : Terimakasih Pak Wido, Assalamu’alaikum
Wido Supraha : Wa’alaikumsalam wr wb