Lanjut ke konten

Penghapusan Sejarah Peperangan Sama Dengan Penyembunyian Fakta

Oleh: Wido Supraha (Dosen Manajemen Pendidikan Agama Islam)

Ada kekeliruan berpikir yang terjadi dengan memandang bahwa pelajaran sejarah tentang terjadi peperangan akan membuat murid tidak memiliki toleransi tinggi kepada penganut agama lain, dan akan menyebabkan Islam selalu dikaitkan dengan perang, sebagaimana pernyataan Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama, Ahmad Umar:

“Kami ingin menghapuskan pandangan-pandangan orang yang selalu saja mengaitkan Islam itu dengan perang. Kita juga ingin mendidik anak-anak kita sebagai orang-orang yang punya toleransi tinggi kepada penganut agama-agama lainnya.”


https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/pxrnlt320/kemenag-akan-hapus-materi-perang-dari-kurikulum-madrasah

Jika materi SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) seluruhnya diisi dengan perang, boleh jadi memang ada benarnya, dan memang judul bukunya tentu bukan SKI tapi lebih tepat SPI (Sejarah Perang Islam). Tapi pada faktanya, studi kasus buku yang jamak digunakan dalam mata kuliah SKI berjudul Sejarah & Kebudayaan Islam karya Prof. Dr. A. Syalabi, ternyata sub-tema ‘Peperangan dalam Islam’ hanya 1 (satu) sub-tema dari 8 sub-tema yang ada di Jilid Pertama dari total 3 (tiga) jilid buku tersebut.

Menghilangkan sebuah sub-tema tersebut sama dengan menghilangkan ketersambungan antara sejarah Nabi Muhammad ﷺ dengan latar belakang yang lengkap akan lahirnya sebuah kebudayaan, maka akan terputus pemahaman murid akan narasi lengkap yang akan membentuk adab murid.

Adanya 1 (satu) sub-tema tersebut tentu tidak tepat disebut sebagai sumber masalah toleransi tinggi, justru dari adab peperangan yang dilakukan kaum Muslimin, yang secara signifikan, jauh berbeda dengan peperangan yang dilakukan oleh peradaban lain di zamannya, justru menghadirkan pembelajaran toleransi tersendiri bagi murid.

Peperangan yang dilakukan kaum Muslimin sebagaimana dijelaskan para ulama adalah untuk menegakkan kebebasan beragama, kebebasan beribadah, keadilan, kelestarian alam, dan kerjasama. Semangat kaum muslimin bukanlah homogenisasi, melainkan penghormatan atas keragaman. Pola pikir ini bahkan telah diteladankan langsung oleh Nabi Muhammad ﷺ di masa hidupnya.

Dari pelajaran peperangan, murid akan belajar banyak aspek moralitas yang penting bagi jiwanya, seperti kecintaan pada kemerdekaan manusia dan penghapusan perbudakan sekaligus penghormatan kepada wanita, anak-anak, orang tua, yang identik dengan sosok yang lemah dalam sebuah peristiwa peperangan.

Dari pelajaran peperangan, murid akan belajar pentingnya kekuatan jasad, kestabilan emosi, pengetahuan militer, dan kemampuan mengelola pasukan dengan beragam latar belakang yang berbeda, baik dari segi umur, pengalaman, kedudukan, dan motif.

Menghilangkan fakta sejarah dalam pelajaran sejarah sama dengan menyembunyikan fakta yang seharusnya disampaikan secara apa adanya. Narasi pengantar setiap materi sejarah yang seharusnya disempurnakan agar tujuan-tujuan baik pendidikan dapat tercapai.

Belajar SKI secara utuh menggunakan 3 (tiga) jilid buku dimaksud, tidak akan mengkonotasikan Islam dengan peperangan, apalagi di jilid 3 berisi penuh tentang kebudayaan dan pencapaian Islam di masanya. Adalah sebuah yang berlebihan jika sub-tema peperangan dijadikan alasan untuk menghapuskannya.

Negara berperan menghadirkan cara pandang pembelajaran yang komprehensif dan tidak parsial. Semoga ada revisi dari kebijakan baru Kemenag ini.

Join Channel:
1. t.me/supraha
2. https://chat.whatsapp.com/Ac4qkRlYMjG4d92DZdUSh4

One thought on “Penghapusan Sejarah Peperangan Sama Dengan Penyembunyian Fakta Tinggalkan komentar

  1. Assalamualaikum ustadz…kenapa semakin banyak orang yg berpikir liberal di institusi spt Depag dan Kemenag bahkan menjalar ke institusi lain spt Depdikbud dan sebagian besar UIN dan institut Islam ya… fenomena apa ini sehingga banyak kerancuan yg membingungkan umat khususnya kaum muslimin?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: