Lanjut ke konten

Soal 27: Bolehkah Menunda Penguburan Jenazah?

๐Ÿ“š Hukum Menunda Penguburan Jenazah

๐Ÿ“ฌ PERTANYAAN
Assalamu ‘alaikum Ustadz. Paman saya baru saja wafat sore ini. Apakah hukumnya menunda penguburan jenazah hingga besok pagi, agar dapat menunggu keluarga besar seluruhnya hadir?

๐Ÿ“‚ JAWABAN
Wa ‘alaikumussalam warahmatullah,
Semoga saudari yang bertanya diberikan kesabaran atas perpisahan sementara ini dan kelak dikumpulkan di Jannah.

Hukum asalnya adalah mempercepat penguburan jenazah, tidak memperlambatnya. Hal ini sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam riwayat al-Bukhari no. 1315 dan Muslim no. 944:

ุฃูŽุณู’ุฑูุนููˆุง ุจูุงู„ู’ุฌูู†ูŽุงุฒูŽุฉู ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽูƒู ุตูŽุงู„ูุญูŽุฉู‹ ููŽุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ุชูู‚ูŽุฏูู‘ู…ููˆู†ูŽู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ูŠูŽูƒู ุณููˆูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุดูŽุฑูŒู‘ ุชูŽุถูŽุนููˆู†ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฑูู‚ูŽุงุจููƒูู…ู’

“Percepatlah kalian dalam membawa jenazah. Jika jenazah itu baik maka kalian telah mendekatkanya pada kebaikan. Jika jenazah itu jelek, maka kalian telah melepaskan dari pundak kalian.”

Namun begitu, jika memang ada hal-hal yang membuat harus ditunda, dikarenakan alasan-alasan yang masih diterima dan dalam batas toleransi kemanusiaan, seperti menunggu terkumpulnya 40 jama’ah yang menyalatkan, atau menunggu kehadiran pihak keluarga yang ingin sekali melihat jenazahnya untuk terakhir kalinya, pertimbangan yang dapat digunakan adalah tidak terjadi perubahan pada fisik mayat. Selama dalam kurun waktu tidak terjadi perubahan tersebut, masih masuk dalam kategori dibolehkan.

Dalam konteksi pertanyaan di atas, ketika saudara Anda wafat di waktu sore, maka menunda penguburan hingga besok pagi atau siang masih masuk dalam kategori yang dimaklumi sebagaimana pengalaman melihat perubahan fisik pada jenazah selama ini. Namun begitu, hendaknya jenazah sudah dalam kondisi dimandikan dan dikafani, sehingga saat keluarga datang esok harinya, jenazah sudah siap untuk dishalatkan dan dikuburkan.

Menunda penguburan jenazah hingga terkumpulnya 40 orang jama’ah, adalah nasihat dari Imam al-Zarkasyi (1344-1392 M) dan sebagian ulama, sebagaimana dijelaskan oleh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Khatib asy-Syirbini (1509-1570 M):

ู†ูŽุนูŽู…ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฒูŽู‘ุฑู’ูƒูŽุดููŠูู‘ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุฅุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ุฏููˆู†ูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ููŽูŠูู†ู’ุชูŽุธูŽุฑู ูƒูŽู…ูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ู‚ูุฑู’ุจู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุทู’ู„ููˆุจูŒ ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽูููŠ ู…ูุณู’ู„ูู…ู ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูุคูŽุฎูู‘ุฑู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉูŽ ู„ูู„ู’ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ู‚ููŠู„ูŽ ูˆูŽุญููƒู’ู…ูŽุชูู‡ู ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฌู’ุชูŽู…ูุนู’ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููˆู†ูŽ ุฅู„ูŽู‘ุง ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ู„ู‡ู ูููŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ููŠูŒู‘ ูˆูŽุญููƒู’ู…ู ุงู„ู’ู…ูุงุฆูŽุฉู ูƒูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูุคู’ุฎูŽุฐู ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซู ุงู„ู’ู…ูุชูŽู‚ูŽุฏูู‘ู…ู

Meskipun demikian, al-Zarkasi dan ulama selainnya berpendapat, bila mereka belum mencapai 40 orang, maka ditunggu sebentar agar mencapai jumlah tersebut. Sebab, jumlah jamaah 40 orang ini dianjurkan dalam menshalati jenazah. Dalam kitab Shahih Muslim, terdapat riwayat dari Ibn Abbas, bahwa sungguh beliau menunda shalat jenazah karena menanti jumlah jamaah 40 orang. Disebutkan hikmahnya adalah tiada berkumpul 40 orang jamaah melainkan salah seorangnya adalah wali Allah. Dan hukum 100 orang sama dengan 40 orang, seperti kesimpulan yang diambil dari hadits tadi.

Adapun terkait menunggu datangnya tambahan pihak keluarga yang ingin melihat jenazah untuk terakhir kalinya, Muhammad al-Khatib asy-Syirbini menjelaskan dalam Mughni al-Muhtaj ila Maโ€™rifah Alfazh al-Minhaj (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Tanpa Tahun), Jilid II, hlm. 51:

(ูˆูŽู„ูŽุง ุชูุคูŽุฎูŽู‘ุฑู) ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู (ู„ูุฒููŠูŽุงุฏูŽุฉู ู…ูุตูŽู„ูู‘ูŠู†ูŽ) ู„ูู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู ุงู„ุตูŽู‘ุญููŠุญู ุฃูŽุณู’ุฑูุนููˆุง ุจูุงู„ู’ุฌูู†ูŽุงุฒูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุจูุงู†ู’ุชูุธูŽุงุฑู ุงู„ู’ูˆูŽู„ููŠูู‘ ุนูŽู†ู’ ู‚ูุฑู’ุจู ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูุฎู’ุดูŽ ุชูŽุบูŽูŠูู‘ุฑู ุงู„ู’ู…ูŽูŠูู‘ุชู

โ€œ(Dan tidak tunda) pelaksanaan shalat jenazah (karena alasan memperbanyak orang yang menshlatinya) berdasarkan hadits shahih: โ€˜Bersegeralah kalian dengan urusan jenazahโ€™. Dan boleh menanti walinya sebentar selama tidak dikhawatirkan perubahan kondisinya.โ€

Semoga Allah ๏ทป mengampuni dosa saudara-saudara Muslim kita yang telah wafat dalam kondisi Iman dan Islam, meluaskan kuburnya, dan memudahkan urusannya di alam barzakh, di padang Mahsyar, dan kelak dikumpulkan di Jannah. Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.

WidoSupraha.Com

โ–ซ๏ธ Web: WidoSupraha.Com
โ–ซ๏ธ Telegram: t.me/supraha
โ–ซ๏ธ FB: fb.com/suprahawido
โ–ซ๏ธ IG: instagram.com/supraha
โ–ซ๏ธ Twitter: twitter.com/supraha
โ–ซ๏ธ YouTube: youtube.com/supraha
โ–ซ๏ธ WA: https://chat.whatsapp.com/IRr5xEgVz5DBcxftSG0Pyp

Admin: wa.me/6287726541098

Kelas Tadabbur: https://chat.whatsapp.com/FGjMoRerWdhJPkC90zIRen

Dialog Iman: https://chat.whatsapp.com/IJB9zrfcYhR0AijTO7aTk3

Tinggalkan komentar