Lanjut ke konten

Tanda Diterimanya Amal Ibadah

Apakah amalan Ramadhan kita diterima? Apakah ibadah haji dan umrah kita mabrur? Apakah amalah Qiyamullail kita diterima? Tentu pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu menggelayuti jiwa kita, dan hal ini sangatlah wajar. Pertanyaan yang sama juga pasti dirasakan oleh para ‘ulama di masa lalu.

Para ‘ulama terdahulu begitu khawatir dan takut tidak diterimanya amal ibadah yang telah mereka kerjakan. Hal ini juga disebutkan dalam Surat Al-Mukminun [23] ayat 60:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.

Orang-orang yang begitu khawatir di dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang telah beramal shalih, bukan orang-orang yang telah beramal fasid. Hal ini pernah ditanyakan oleh Sayyidah ‘Aisyah r.a. dalam hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi:

يَا رَسُولَ اللَّهِ (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِى يَزْنِى وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ « لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ

Ya Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dalam ayat “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khamr?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Wahai putrinya Abu Bakar ash-Shiddiq, yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya tidak diterima.

Berkata ‘Umar bin ‘Abdul Aziz (682-720 M) di saat beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri sebagaimana dikutip Ibn Rajab al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma’arif hlm. 372-381, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan  kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.”

Berkata al-Imam Ibn Katsir (1301-1373 M) dalam tafsirnya bahwa tanda diterimanya amal ibadah seseorang adalah ia dimudahkan untuk merawat amal ibadah sejenis dan atau menambah jenis ibadah lainnya.

مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
(Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, 7: 583)

Berkata al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali (1335-1393 M) dalam Latha’if al-Ma’arif, hlm. 388:

أن معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قال بعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها

“Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.”

Maka rawat dan terus tingkatkanlah ketakwaan kita, karena Allah SWT hanya menerima amalan orang-orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah [5] ayat 27:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.

Jika mengingat ayat ini, Fudhalah bin ‘Ubaid al-Ausi al-Anshari (w. 675 M) selalu mengatakan: “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikan sebesar biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya.”

Bahkan Malik bin Dinar (w. 748 M) mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih ku khawatirkan daripada banyak beramal.

Sehingga ulama salafushshalih biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.

@supraha

Telegram: t.me/supraha
IG: instagram.com/supraha
Channel WA: https://chat.whatsapp.com/D91ZzlmbRGwJ7e3k97rHGu

One thought on “Tanda Diterimanya Amal Ibadah Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: